• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Jujugan

Menikmati Kemolekan Pacitan dari Kawasan Sentono Genthong

Menikmati Kemolekan Pacitan dari Kawasan Sentono Genthong
Menyaksikan keindahan alam Pacitan dari Sentono Genthong. (Foto: NOJ/TWt)
Menyaksikan keindahan alam Pacitan dari Sentono Genthong. (Foto: NOJ/TWt)

Pacitan, NU Online Jatim
Pernah ke Kabupaten Pacitan dan menikmati sensasi yang dimiliki? Apalagi sebagai warga Jawa Timur, kurang lengkap kalau belum pernah singgah di kampung lahirnya Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Salah satu yang disarankan adalah Sentono Genthong.
 

Pacitan adalah sebuah kota kecil yang terletak di ujung barat pesisir selatan provinsi Jawa Timur. Sebuah kota yang memiliki berbagai potensi sumber daya alam, terutama potensi wisata alamnya seperti yang telah dikenal khalayak luas tentang keindahan panorama pantai, uniknya stalakmit dan stalaktit goa, bebasnya cakrawala pemandangan yang terlihat dari pegunungan, hingga panjangnya aliran sungai yang mengalir hingga ujung selatan Kota Pacitan. Dengan demikian Pacitan dengan berjuta keindahan dan keelokan pantainya tak akan pernah membuat bosan orang yang ingin berwisata memanjakan diri untuk menikmati keindahan alam di surga tersembunyi ini. Salah satu destinasi wisata yaitu Sentono Genthong. 
 

Sensasi yang Ditawarkan
Wisata Sentono Genthong terletak di Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku. Desa Dadapan merupakan salah satu desa dari 13 desa di Kecamatan Pringkuku yang terletak 10 kilo meter dari Kota Pacitan. Destinasi wisata yang mulai berkembang sejak tahun 2018 sampai saat ini masih cukup ramai dikunjungi wisatawan. 
 

Pemandangan yang disuguhkan tidak akan mengecewakan bahkan wisatawan pun pasti ingin berlama-lama setelah tiba di tempat ini. Begitu tiba di Sentono Genthong wisatawan akan secara langsung disuguhkan dengan pemandangan alam yang sangat indah. 
 

Sebab, dari ketinggian bukit ini wisatawan dapat menikmati udara segar khas pegunungan dan menikmati pemandangan Kota Pacitan, serta pantai yang terlihat sangat indah. Terlebih ketika malam tiba, pemandangan lampu kota layaknya bintang yang terlihat indah dari Sentono Genthong menjadi salah satu keindahan tersendiri yang dapat dinikmati ketika malam hari. Bahkan di tempat ini wisatawan juga dapat menikmati keindahan matahari terbit di pagi hari. Meskipun, untuk sampai ke tempat ini harus melewati jalan desa, akan tetapi semua itu akan terbayar dengan pemandangan yang disuguhkan.
 

Legenda yang Layak Disimak
Di balik keindahan dan keramaian wisata Sentono Genthong ada keistimewaan di balik sejarahnya. Karena pada awalnya bernama Astono Genthong, astono yang berarti tangan dan genthong yang berarti tempat air dari gerabah. Saat ini nama Astono Genthong sudah diganti menjadi Sentono Genthong karena penjaga tempat tersebut bernama Sentono dan yang dijaga adalah genthong. Nama Sentono Genthong terdiri dari dua suku kata yaitu Sentono yang berati gelar terendah dalam keraton dan genthong yang berarti tempat air dari gerabah.
 

"Dulunya Sentono Genthong merupakan bekas petilasan. Di kawasan bukit Sentono Genthong ini juga menjadi tempat tumbal pulau Jawa. Nah, Sentono merupakan gelar terendah dari keraton dan genthong merupakan tempat wadah air,” kata Deddy, pengurus wisata di kawasan setempat. 
 

Dijelaskan bahwa awalnya Sentono Genthong bernama Astono Genthong yang berarti astono itu tangan  dan genthong adalah wadah air. Tumbalnya berupa tangan, lalu tangan tersebut dimasukkan ke dalam genthong untuk menumbali pulau Jawa. “Lalu, Astono Genthong diubah menjadi Sentono Genthong karena penjaga genthong tersebut bernama Sentono," ungkapnya. 
 

Terdapat beberapa cerita mengenai sejarah adanya tempat ini. Pertama mengenai kisah rombongan dari Kalingga Selatan yang sempat berlayar menuju Pantai Selatan dan singgah di wilayah Wengker Kidul. 
 

Warga setempat meyakini bahwa Sentono Genthong merupakan tempat sakral. Pada jaman dulu tempat ini pernah menjadi petilasan Syekh Subakir. Syekh Subakir dikenal sebagai seorang ulama besar yang berperan penting dalam agama Islam di Nusantara sebelum hadirnya Wali Songo. Warga setempat juga meyakini bahwa Syekh Subakir adalah yang mensyiarkan Islam pertama di Pulau Jawa. 
 

Kabupaten Pacitan diyakini sebagai tonggak awal berdirinya Pulau Jawa. Hal tersebut dibuktikan dengan peletakan paku bumi oleh para ulama kondang dari Kalingga Selatan yang dipimpin oleh Syekh Subakir pada abad ke-18 yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam di tanah Jawa.  Tumbal yang ditanam di tempat tersebut berupa tulang tangan. Situs tersebut setiap 70 tahun muncul dengan sendirinya di tempat petilasan Syekh Subakir berupa tulang tangan.
 

Terkait dengan nama genthong, menurut beberapa cerita genthong tersebut dulu merupakan tempat perbekalan air. Selain sebagai tempat perbekalan air genthong tersebut digunakan sebagai wadah untuk berwudlu yang dibawa oleh para saudagar dari Kalingga Selatan. Mitosnya air dalam genthong yang dibawa oleh rombangan Syekh Subakir tersebut tidak pernah habis. Entah dari mana asal air tersebut tidak ada yang mengetahuinya.
 

Selain cerita Syekh Subakir, awal mula adanya Sentono Genthong berawal dari kisah Raja Brawijaya V. Pada zaman dahulu diceritakan bahwa Kerajaan Majapahit hampir mengalami keruntuhan sehingga Raja Brawijaya V dengan pengawalnya berkelana ke arah Barat dengan tujuan bersemedi. Pada akhirnya singgah dan berpikir bahwa Pacitan merupakan tempat yang layak untuk dihuni. Namun dinilai mistis sehingga belum ada manusia yang dapat menghuninya. Sebelum moksa Raja Brawijaya V berpesan kepada pengawalnya untuk memotong tangan kanannya yang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah genthong dan diletakkan di tempat tersebut (Sentono Genthong) dengan tujuan agar Pacitan dapat dihuni manusia.
 

Di tempat tersebut dulu masih terdapat sisa-sisa genthong (tempat air) dan potongan tulang yang masih tersisa dan dijaga dengan baik sampai saat ini. Bahkan terdapat sebuah mitos yang beredar bahwa tulang-tulang tersebut memiliki pesan-pesan ajaib. Jika wisatawan yang datang ke tempat tersebut melihat tulang berbentuk tegak, panjang, dan berwarna putih maka ia akan murah rejeki dan berumur panjang. Namun, jika yang dilihat tulang yang kecil dan pendek diartikan bahwa yang melihatnya akan berumur pendek dan rejekinya kurang. Jika tulang tersebut dilihat beberapa orang ukurannya tidak sama, misalnya ketika 10 orang melihat secara bersamaan, beberapa orang melihat dengan bentuk kecil dan yang lain melihat dengan bentuk besar.
 

"Menurut cerita yang pernah saya baca, jika ada pengujung yang datang ke tempat ini dan menjumpai tulang berbentuk silindris, panjang serta berwarna putih, pengunjung tersebut akan berumur panjang dan murah rejeki. Jika yang dilihat sebaliknya, maka ia berumur pendek dan kurang rejeki," ujar pengunjung lain.
 

Dari beberapa cerita tersebut, Sentono Genthong merupakan tempat peletakan tumbal yang bertujuan menumbali tanah tersebut agar dapat ditempati manusia dan saat ini menjadi salah satu wisata religi di Kabupaten Pacitan.
 

Bagaimana, masih akan menunda kunjungan ke Pacitan? Dijamin rugi deh.....


Editor:

Jujugan Terbaru