• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Kediri Raya

Kiai Anwar Iskandar Minta Menag Hati-hati Membuat Pernyataan

Kiai Anwar Iskandar Minta Menag Hati-hati Membuat Pernyataan
Wakil Rais PWNU Jatim, KH Anwar Iskandar. (Foto: NOJ/Nn)
Wakil Rais PWNU Jatim, KH Anwar Iskandar. (Foto: NOJ/Nn)

Surabaya, NU Online Jatim

Ucapan Fachrul Razi, Menteri Agama (Menag) RI kian ramai direspons sejumlah kalangan. Termasuk Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Anwar Iskandar akhirnya angkat bicara dengan meminta Menag hati-hati dalam membuat pernyataan.

 

Hal ini disampaikan Kiai Anwar Iskandar menanggapi ucapan Fachrul Razi soal radikalisme dan penceramah atau kelompok good looking.

“Terlalu menggeneralisasi itu, kan tidak semua orang yang good looking, memiliki kemampuan bahasa Arab dan kemampuan agama mesti radikal. Itu terlalu menggeneralisasi,” kata Anwar, Sabtu (5/9/2020).

 

Kiai Anwar menilai jika pernyataan Fachrul Razi merupakan blunder. Karena menurutnya, di Indonesia terlampau banyak orang yang menguasai bahasa Arab, good looking, pengetahuan agama baik, serta mempunyai toleransi dan nasionalisme yang besar. Bila dilihat dari segi jumlah, jauh lebih banyak ketimbang kelompok radikal. Ia lantas meminta agar Menag harus bisa membedakan dengan jeli.

 

“Kalau radikal dalam artian bersungguh-sungguh dalam belajar, itu kan enggak ada masalah. Tetapi kalau kemudian radikal diartikan ingin mengubah sistem negara, itu yang enggak kita setujui. Jadi radikal itu dilihat dari apa, perspektif agama, perspektif bahasa,” ungkap salah seorang pengasuh pesantren di Kediri tersebut.

 

Sehubungan dengan perkembangan radikalisme di lembaga pendidikan dan agama, menurut Kiai Anwar perlu ada penelitian lebih lanjut dari lembaga survei yang kredibel. Jangan sampai orang berbicara radikalisme tanpa ada data yang jelas. Anwar mencontohkan lembaga-lembaga pendidikan pondok pesantren, khususnya NU.

 

“Namanya pendidikan pondok pesantren itu ya, pondok pesantren NU khususnya, itu kan lembaga pendidikan juga. Lembaga mandiri yang tidak dibiayai oleh negara, tapi output dari pendidikan itu 24 karat nasionalisme, bukan radikalisme, toleransi mereka. Jadi tidak semua masjid dan tidak semua sekolahan,” tuturnya.


Editor:

Kediri Raya Terbaru