Keislaman

4 Peristiwa Penting dan Keistimewaan Bulan Dzulqa’dah

Jumat, 31 Mei 2024 | 16:00 WIB

4 Peristiwa Penting dan Keistimewaan Bulan Dzulqa’dah

Bulan Dzulqadah memiliki beragam peristiwa penting dan keutamaan. (Foto: NU Online)

Hitungan kalender hijriyah saat ini telah memasuki akhir bulan Dzulqa’dah. Bulan Dzulqa’dah adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (al-asyhur al-hurum), yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

 

Selain itu, Dzulqa’dah juga termasuk dalam bulan-bulan haji bersama dengan Syawal dan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Di bulan Dzulqa’dah ini banyak kejadian atau peristiwa penting sehingga bulan ini dianggap sebagai bulan yang istimewa.

 

Adapun kejadian atau peristiwa penting di bulan Dzulqa’dah ialah meliputi empat hal, yaitu:

 

1. Pada tahun 5 hijriah, terjadi perang Bani Quraizhah.  

 

2. Pada hari Kamis, 6 Dzulqa’dah tahun 10 hijriah, Rasulullah berangkat dari Madinah menuju Mekah untuk melaksanakan haji wada’.  

 

3. Pada Dzulqa’dah tahun 3 hijriah, terjadi perang Badr Sughra.  

 

4. Pada hari Sabtu, tanggal 7 Dzulqa’dah tahun 403 H, wafat seorang ulama ahli ilmu kalam dan ahli debat yang sangat masyhur, yaitu Imam Abu Bakr al-Baqillani. Beliau adalah salah seorang pejuang, pembela dan penyebar mazhab Asy’ari yang tiada lain adalah mazhab Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) ke berbagai penjuru. Berkat kegigihan dan perjuangannya dan ulama-ulama Aswaja lain saat itu, aqidah dan ajaran kelompok-kelompok yang menyimpang semakin tenggelam dan ditinggalkan para pengikutnya.

 

Keistimewaan bulan Dzulqa’dah

Di samping itu, bulan Dzulqa’dah juga memilik beragam keutamaan atau keistimewaan. Mengetahui keberadaan bulan Dzulqa’dah beserta berbagai kelebihannya sangatlah penting agar umat Islam dapat memanfaatkannya untuk melaksanakan ibadah terbaik dan mengambil pelajaran berharga yang dapat direnungkan.

 

Di antara keutamaan dan keistimewaan bulan Dzulqa’dah adalah sebagai berikut:

 

1. Dzulqa’dah adalah permulaan dari empat bulan yang dimuliakan (al-asyhur al-hurum). Empat bulan haram atau empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

 

Disebut Dzulqa’dah disebabkan orang-orang Arab pada masa lalu tidak melakukan perang (qu’uud ‘anil qitaal) di dalamnya. Allah SWT berfirman:

 

 إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (سورة التوبة: ٣٦)

 

Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab). (QS at-Taubah: 36).

 

2. Dzulqa’dah adalah satu di antara 3 bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah dan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Tidak sah ihram untuk haji pada selain waktu tersebut. Allah SWT berfirman:

 

  اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ (البقرة: ١٩٧)

 

Artinya: Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan). (QS al-Baqarah: 197).

 

3. Rasulullah SAW tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik RA meriwayatkan sebagai berikut:

 

 اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي  ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ (رواه البخاري)

 

Artinya: Rasulullah SAW berumrah sebanyak 4 kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah, kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu 1 umrah dari Hudaibiyah, 1 umrah pada tahun berikutnya, 1 umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan 1 lagi umrah bersama haji. (HR al-Bukhari). 

  

4.  Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya;

 

 وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ (سورة الأعراف: ١٤٢)

 

Artinya: Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu 30 malam (bulan Dzulqa’dah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan 10 malam lagi (10 malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi 40 malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun: Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS al-A’raf: 142).