• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Keislaman

Bolehkah Niat Puasa Sya’ban Sekaligus dengan Qadha Puasa Ramadhan?

Bolehkah Niat Puasa Sya’ban Sekaligus dengan Qadha Puasa Ramadhan?
Ilustrasi. (Foto: NOJ/unair)
Ilustrasi. (Foto: NOJ/unair)

Bulan Sya’ban yang sering disebut sebagai bulan persiapan sebelum Ramadhan. Momen ini sangat penting bagi umat muslim untuk memperbanyak ibadah, persiapan mental serta fisik untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

 

Pada bulan ini, Rasulullah sendiri memperbanyak puasa sunnah. Bahkan Rasulullah hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau dua hari di akhir bulan Sya’ban sebab pada hari itu dianggap hari syak atau hari keraguan mengingat sebentar lagi akan menginjak bulan Ramadhan.

 

Adapun dalil syar’i yang menjelaskan hal tersebut:

 

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

Artinya: "Dari Aisyah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya’ban." (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

 

Pada kitab Subulus Salam Syarah Bulughul Maram jilid 2 halaman 239, Imam Ash-Shana’ani berkata hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya. 

 

Pertanyaan muncul ketika sebagian orang masih memiliki tanggungan hutang puasa Ramadhan, apakah boleh untuk bermaksud puasa sunnah Sya’ban secara bersamaan dengan berniat mengqadha puasa Ramadhan yang belum terlaksana?

 

Puasa Sya’ban sama seperti puasa sunnah lainnya yang sah dilakukan dengan niat berpusa secara mutlak, tidak disyaratkan menentukan jenis puasanya. Misalkan dengan niat “Saya niat berpuasa karena Allah Ta’ala”, tidak harus ditambahkan “karena melakukan kesunnahan puasa Sya’ban”.

 

Sementara puasa qadha Ramadhan tergolong puasa wajib yang mana harus ditentukan jenis puasanya, seperti dengan niat “Saya niat qadla puasa Ramadhan fardlu karena Allah Ta’ala”. 

 

Menggabungkan niat puasa Sya’ban dengan puasa qadha Ramadhan hukumnya sah dan pahala keduanya bisa didapatkan. Hal ini juga ditulis oleh Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary dalam kitab Fathul Mu’innya. Beliau menjelaskan bahwa niat puasa sunnah apabila digabungkan dengan niat puasa fardlu maka akan mendapatkan kedua pahala dari puasa tersebut. 

 

Selain itu dijelaskan juga dalam kitab I’anatut Thalibin, bahwa di dalam Al-Kurdi terdapat nash yang tertulis pada Asnal Mathalib dan sejenisnya yaitu Al-khatib As-Syarbini, Syekh Sulaiman Al-Jamal, Syekh Ar-Ramli bahwa puasa sunnah pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut.

 

Namun, orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka dapatlah baginya keutamaan. Ia menambahkan dalam kitab Al-I’ab. Dari sana, Al-Barizi berfatwa bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari tersebut dengan niat qadha atau sejenisnya, maka dapatlah keduanya, baik ia meniatkan keduanya atau tidak.

 

Penulis: Khusnia Evi Safitri


Keislaman Terbaru