• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Keislaman

Inilah Penjelasan Ulama tentang Tradisi Mengantar Orang Berangkat Haji dan Titip Doa

Inilah Penjelasan Ulama tentang Tradisi Mengantar Orang Berangkat Haji dan Titip Doa
Tampak rombongan melambaikan tangan kepada ibu yang diantarkan ke Asrama Haji (Foto:NOJ/infopublik)
Tampak rombongan melambaikan tangan kepada ibu yang diantarkan ke Asrama Haji (Foto:NOJ/infopublik)

Haji merupakan rukun Islam yang terakhir, setiap muslim pasti mendambakan dirinya untuk bisa menunaikan ibadah satu ini. Namun, tidak semua orang bisa menunaikan ibadah haji, karena dalam pelaksanaannya, ibadah haji membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga ibadah ini hanya diwajibkan bagi orang-orang yang dinilai mampu secara finansial.


Di Indonesia, setiap musim haji pasti disambut meriah baik oleh orang yang hendak melaksanakannya atau bagi tetangga dan sanak saudara sekitarnya. Mereka berbondong-bondong rela mengantarkan tetangga atau saudaranya yang hendak berangkat dengan meriah hanya untuk sekedar melepas kerinduan karena akan ditinggal selama beberapa hari di tanah suci atau demi menitipkan doa.


Para ulama pernah menyinggung hal ini, diantaranya adalah Syekh Abu Bakr al-Ajurriy dari kalangan Madzhab Hanbali yang mengatakan bahwa tradisi mengantar orang berangkat haji dan menitipkan doa termasuk sesuatu yang dianjurkan.


Seperti yang pernah dijelaskan oleh Syaikh Ar-Ruhaibani dalam kitab karyanya Mathalib Ulin Nuha yang menjadi penjelasan kitab Ghayatil Muntaha jilid 6 halaman 472.


وذكر أبو بكر الآجري استحباب تشييع الحاج ووداعه ومسألته أن يدعو له ـ وشيع أحمد أمه بالحج


Artinya: Syaikh Abu Bakr al-Ajurry menuturkan tentang kesunahan mengantar orang haji dan menitipkan juga meminta untuk mendoakannya. Imam Ahmad pernah mengantar ibunya untuk haji.


Tradisi mengantarkan orang yang hendak bepergian haji ini sebenarnya sudah berlaku di masa Rasulullah SAW di tempat yang bernama Tsaniyyatul Wada' yang mana di tempat ini juga dulu beliau pernah ditunggu oleh para sahabat ketika datang dari berperang. Seperti yang tertera dalam kitab Syarh An-Nawawi alal Muslim, juz13 halaman 14:


وأما ثنية الوداع فهي عند المدينة سميت بذلك لأن الخارج من المدينة يمشي معه المودعون اليها


Artinya: Adapun Tsaniatul Wada' adalah tempat samping Madinah, dinamakan begitu karena orang yang keluar dari Madinah itu berjalan bersama orang-orang yang ditinggalkannya (untuk mengantar).


Bahkan secara khusus dijelaskan dalam kitab Syarh Shahih Al-Bukhari karya Imam Ibnu Bathal, juz 5 halaman 241 bahwa tempat tersebut menjadi tempat para sahabat mengantarkan jamaah haji.


انما سميت بذلك لأنهم كانوا يشيعون الحاج والغزاة اليها ويودعونهم عندها


Artinya: Dinamakan Tsaniatul Wada' karena para sahabat mengantarkan orang yang berhaji dan berperang dan menitipkan kepada mereka (doa).


Maka yang terpenting adalah saat mengantar orang yang berangkat haji adalah menitipkan doa agar kita didoakan di tanah suci. Karena seperti yang kita ketahui Makkah dan Madinah merupakan tempat yabg diberkahi dan insyaallah doa yang dipanjatkan disana juga mustajabah. Wallahu A'lam


Keislaman Terbaru