• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Penjelasan Mengenai Shalat Sunah Sebelum dan Setelah Jumat

Penjelasan Mengenai Shalat Sunah Sebelum dan Setelah Jumat
Berikut dijelaskan dengan rinci terkait melaksanakan shalat sunah sebelum dan setelah Jumat. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Berikut dijelaskan dengan rinci terkait melaksanakan shalat sunah sebelum dan setelah Jumat. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Saat memasuki masjid untuk keperluan shalat Jumat, sebagian jamaah terlihat terlebih dahulu melaksanakan shalat sunah dua hingga empat rakaat. Demikian pula usai shalat Jumat dilaksanakan, masih menyempatkan untuk melaksanakan shalat tambahan.


Masalahnya, apakah ada dasar hukum shalat qabliyah (sebelum) dan ba’diyah (setelah) dhuhur atau Jumat di hari Jumat? Bahwa shalat qabliyah dhuhur dan shalat ba’diyah dhuhur di hari Jumat jelas ada dasar hadits dan fiqihnya.


Penjelasan dalam mazhab Syafiiyah sebagai berikut.

Pertama, bila shalat qabliyah dhuhur dan shalat ba’diyah dhuhur itu bukan setelah melaksanakan shalat Jumat, maka sudah maklum. Shalat qabliyah dhuhur dan shalat ba’diyah dhuhur merupakan golongan shalat sunah rawatib, yakni shalat sunah yang mengiringi atau menyertai shalat fardhu lima waktu. 

 

Shalat sunnah rawatib ini ada dua macam, yakni shalat sunah rawatib yang muakkad (sangat dianjurkan), dan shalat sunah rawatib ghairu muakkad (anjurannya tak sekuat yang muakkad).

 

Shalat sunah rawatib ada 18 (delapan belas) rakaat, dengan rincian: 10 (sepuluh) rakaat adalah shalat sunah rawatib muakkad, dan 8 (delapan) rakaat adalah shalat sunah rawatib ghairu muakkad.

 

Shalat sunnah rawatib yang muakkad adalah:

  1. Dua rakaat sebelum shalat dhuhur,
  2. Dua rakaat setelah shalat dhuhur,
  3. Dua rakaat setelah shalat maghrib,
  4. Dua rakaat setelah shalat isya, dan
  5. Dua rakaat sebelum shalat subuh.
 

Adapun shalat sunah rawatib ghairu muakkad ada delapan, yaitu:

  1. Dua rakaat tambahan dari empat rakaat sebelum shalat dhuhur,
  2. Dua rakaat tambahan dari empat rakaat setelah shalat dhuhur, dan
  3. Empat rakaat sebelum shalat ashar.
 

Dasar hukumnya tersebut dalam kitab Al-Muhadzdzab fî Fiqh al-Imâm asy-Syâfi'î, juz I, halaman 83:

 

 فأما الراتبة فمنها السنن الراتبة مع الفرائض، وأدنى الكمال منها عشر ركعات غير الوتر، .... والأصل فيه ما روى ابن عمر رضي اللّٰه عنهما قال: صليت مع رسول اللّٰهﷺ قبل الظهر سجدتين وبعدها سجدتين وبعد المغرب سجدتين وبعد العشاء شجدتين، وحدثني حفصة بنت عمر رضي اللّٰه عنها أن رسول الله ﷺ كان يصلي سجدتين خفيفتين إذا طلع الفجر. والأكمل أن يصلي ثماني عشرة ركعة غير الوتر: ركعتين قبل الفجر، وركعتين بعد المغرب، وركعتين بعد العشاء؛ لما ذكرناه من حديث ابن عمر رضي اللّٰه عنه، وأربعا قبل الظهر وأربعا بعدها؛ لما روت أم حبيبة رضي اللّٰه عنها أن النبي ﷺ قال:” مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعَ بَعْدَهَا حُرِّمَ عَلَى النَّارِ”؛ وأربعا قبل العصر؛ لما روى علي بن أبي طالب كرم اللّٰه وجهه أن النبي ﷺ كان يصلي قبل العصر أربعا، يفصل بين ركعتين بالتسليم على الملائكة المقربين والنبيين ومن معهم من المؤمنين. والسنة فيها وفي الأربع قبل الظهر وبعده أن يسلم من كل ركعتين، ....

 

Artinya: Adapun shalat rawatib di antaranya sunah-sunah rawatib bersama shalat fardu, minimal sempurnanya ada 10 rakaat selain witir, yaitu: dua rakaat sebelum dhuhur dan dua rakaat setelahnya; dua rakaat setelah maghrib; dua rakaat setelah isya; dan dua rakaat sebelum subuh.

Dasar  landasannya adalah hadits riwayat Ibn Umar RA, ia berkata: Aku shalat bersama Rasulullah SAW sebelum dhuhur dua kali sujud (dua rakaat) dan setelahnya dua kali sujud (dua rakaat), dan setelah maghrib dua kali sujud (dua rakaat), dan setelah isya dua kali sujud (dua rakaat). (HR Al-Bukhari Muslim). Dan telah memberitakan kepadaku Hafshah putri Umar RA, bahwa Rasulullah SAW pernah shalat dua kali sujud (dua rakaat) yang ringan pada saat waktu fajar (subuh). Dan yang sempurna, shalat rawatib delapan belas rakaat selain witir, yaitu dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat setelah maghrib, dan dua rakaat setelah isya, berdasarkan hadits riwayat Sayidina Umar RA di atas, dan empat rakaat sebelum dhuhur dan empat rakaat setelah dhuhur, karena hadits riwayat Ummu Habibah RA bahwa Nabi SAW. bersabda: Barang siapa yang menjaga shalat rakaat sebelum dhuhur dan empat rakaat setelahnya, maka ia diharamkan masuk neraka. (HR Ahmad, At-Tirmîdzî, Abû Dâwud, An-Nasâ’î dan Ibn Mâjah), dan empat rakaat sebelum ashar, berdasar hadits riwayat Sayidina Ali RA: Bahwa Nabi SAW shalat sebelum ashar empat rakaat dengan dipisah salam kepada para malaikat, para Nabi dan kaum mukmin. (HR. at-Tirmidzî). Dan tuntunan sunahnya dalam shalat ini dan empat rakaat sebelum dan setelah dhuhur adalah salam pada setiap dua rakaat, sebagaimana hadits riwayat Ali RA di atas, bahwa Nabi SAW memisah di antara dua rakaat dengan salam. 

 

Kedua, shalat sunah qabliyah Jumat ada dasarnya, juga shalat sunah ba’diyah Jumat bila shalat Jumatnya sah juga ada dasarnya, dalam kitab Hâsyiyat al-Bâjûrî ‘alâ ibn Qâsim al-Ghazî, juz I, halaman 132 sebagai berikut:

 

والجمعة كالظهر فيما يسن لها، فيسن قبلها أربع وبعدها أربع، لخبر مسلم: إذا صلى أحدكم الجمعة فليصل قبلها أربعا وبعدها أربعا، وخبر الترمذي أن ابن مسعود كان يصل قبل الجمعة أربعا وبعدها أربعا. والظاهر أنه بتوقيف من النبي ﷺ. ومحل سن البعدية للجمعة إن لم يصل الظهر معها، وإلا قامت قبلية الظهر مقام بعدية الجمعة، فيصل قبلية الجمعة ثم قبلية الظهر ثم بعديته، ولا بعدية للجمعة حينئذ

 

Artinya: Shalat Jumat itu sebagaimana shalat dhuhur: disunahkan empat rakaat sebelumnya dan empat rakaat sesudahnya, berdasarkan hadits Muslim: Bila salah seorang kalian shalat Jumat, maka shalatlah sebelumnya empat rakaat dan setelahnya empat rakaat dan hadits At-Tirmidzi: Bahwa Ibn Mas’ud shalat sebelum Jumat empat rakaat dan setelahnya empat rakaat. Yang jelas bahwa shalat tersebut berdasarkan petunjuk dari Nabi SAW. Posisi sunnah ba’diyah Jumat tersebut, bila tidak shalat dhuhur bersama Jumat itu. Bila shalat dhuhur setelah shalat Jumat tersebut, maka qabliyah dhuhur menempati posisi ba’diyah Jumat, sehingga shalat qabliyah Jumat, kemudian qabliyah dhuhur kemudian ba’diyahnya dhuhur, dan tidak ada ba’diyah Jumat ketika demikian.

 

Ketiga, bila yang dimaksud dengan shalat sunah qabliyah dan shalat sunah ba’diyah dhuhur setelah melaksanakan shalat Jumat, maka tetap disunahkan. Dalam hal ini, shalat dhuhur yang wajib dilakukan setelah shalat Jumat, sebab shalat Jumatnya tidak sah, karena tidak memenuhi syarat keabsahannya, maka shalat sunah qabliyah Jumat tidak bisa menggantikan shalat sunah qabliyah dhuhur. Setelah shalat Jumat tersebut tidak ada shalat ba’diyah Jumat. Dalam kasus ini, setelah shalat Jumat yang tidak memenuhi keabsahannya, langsung disunahkan shalat qabliyah dhuhur kemudian shalat dhuhur, selanjutnya shalat ba’diyah dhuhur.

 

Dalilnya sebagaimana tersebut di atas dan kitab Nihâyat az-Zain, halaman 98 sebagai berikut:

 

 والجمعة كالظهر فلها أربع قبلية وأربع بعدية، إن كانت مغنية عن الظهر، فإن وجب الظهر بعدها، فلا بعدية لها.  وللظهر بعدها أربع قبلية وأربع بعدية، وحينئذ تقع القبلية التي صلاها قبل الجمعة نفلا مطلقا، ولا تغني عن قبلية الظهر

 

Artinya: Shalat Jumat itu sebagaimana shalat dhuhur, maka mempunyai empat rakaat sunah qabliyah dan empat rakaat sunah ba’diyah, bila shalat Jumatnya sudah cukup (sah) tanpa shalat dhuhur. Akan tetapi, jika wajib shalat dhuhur setelah shalat Jumat tersebut, maka tidak ada shalat sunah ba’diyah bagi shalat Jumatnya. Dan bagi shalat dhuhur (yang wajib dilakukan tersebut) mempunyai shalat sunah qabliyah empat rakaat dan sunah ba’diyah empat rakaat, dan dalam keadaan demikian, shalat sunah qabliyah yang dilakukan sebelum shalat Jumat tersebut statusnya menjadi shalat sunah mutlak, dan tidak cukup (tidak bisa) menggantikan shalat sunah qabliyah dhuhur. 

  

Menjadi jelas ketentuan mengenai shalat sunah qabliyah dan ba’diyah dhuhur/Jumat; ada empat rakaat masing-masing dalam shalat sunah qabliyah dan ba’diyah dhuhur/Jumat itu. Dua rakaat dalam qabliyah dan dua rakaat dalam ba’diyah dhuhur/Jumat itu adalah shalat sunah rawatib muakkad; dua rakaat selebihnya dalam shalat qabliyah dan ba’diyah dhuhur/Jumat merupakan golongan sunah rawatib ghairu muakkad. Wallahu a’lam bish-shawwâb.  


Keislaman Terbaru