• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 24 Juni 2024

Keislaman

Status Hadis Puasa Tarwiyah Palsu, Lantas Bagaimana Hukum Puasanya?

Status Hadis Puasa Tarwiyah Palsu, Lantas Bagaimana Hukum Puasanya?
Hari Tarwiyah adalah hari kedelapan Dzulhijjah (Foto: NOJ/ alqohiroh)
Hari Tarwiyah adalah hari kedelapan Dzulhijjah (Foto: NOJ/ alqohiroh)

Oleh: Muhammad Fatkhun Ni’am *)


Bulan Dzulhijjah termasuk salah satu dari 4 bulan asyhurul hurum (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab), yaitu dilarangnya berperang pada bulan tersebut. Beberapa peristiwa besar sejarah Islam juga terjadi pada bulan Dzulhijjah, di antaranya adalah: Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih Nabi Ismail, disyariatkannya ibadah haji, kelahiran Nabi Isa dan Nabi Musa, taubatnya Nabi Adam diterima oleh Allah,  Nabi Yunus diselamatkan Allah dari perut ikan paus, dan Nabi Muhammad melaksanakan haji wada. Dari sini, tidak salah jikalau bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang memiliki beberapa keutamaan. 


Keutamaan bulan ini  disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad:


حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، وَمُجَاهِدٍ، وَمُسْلِمٍ الْبَطِينِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ» يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: «وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ


Artinya: Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi Muhammad menjawab : “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar (berangkat) jihad dengan jiwa dan hartanya lalu tidak ada yang kembali (HR. Abu Daud)


Status hadis ini sahih karena ada syawahid dari riwayat Imam Bukhari, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Darimi dan Musnad Ahmad. Dalam kitab syarah Sunan Abi Dawud dijelaskan amal soleh disini meliputi semua amalan soleh, di antaranya berpuasa, dzikir, membaca Alquran sedekah dan amal-amal soleh lainnya:


ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام" يعني: أيام عشر ذي الحجة، قالوا: يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال: "ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء"، فقوله: "العمل الصالح"، يدخل فيه الصيام والذكر  والقراءة والصدفة   وغير ذلك من الأعمال الصالحة  


Kaum muslimin sendiri banyak yang melaksanakan puasa Sunnah pada bulan Dzulhijjah ini, ada yang melaksanakan puasa dari tanggal 1-9 Dzulhijjah atau hanya berpuasa pada tanggal 8-9 saja, puasa 2 hari ini biasa disebut puasa tarwiyah dan puasa arafah


Puasa Tarwiyah


Puasa tarwiyah merupakan puasa yang dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah. Dinamakan tarwiyah karena para jamaah haji membekali diri mereka dengan membawa air untuk membawanya dari Mekkah ke Arafah, yaumu tarwiyah disebut juga sebagai يوم النقلة karena pada hari itu jamaah haji berpindah dari kota Mekkah menuju Mina. Imam Ibnu Hajar Asqalani dalam kitab Fathul bari menjelaskan, penamaan yaumu tarwiyah dikarenakan pada hari itu Nabi Adam dan Siti hawa dipertemukan kembali. Pendapat lain mengatakan bahwa Nabi Ibrahim pada malam harinya bermimpi seakan hendak menyembelih anaknya. Dan ketika waktu pagi datang, Ia berpikir apakah mimpi itu dari Allah atau dari setan. 


Hadis Puasa Tarwiyah 


Ada beberapa hadis yang masyhur di tengah masyarakat terkait dalil puasa tarwiyah diantaranya hadis berikut ini.


Hadis Pertama:


أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ نَاصِرٍ أَنْبَأَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَنْبَارِيُّ أَنْبَأَنَا ابْنُ رِزْقَوَيْهِ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بن بِنْتِ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حُمَيْدٍ الْمُقْرِي حَدَّثَنَا أَبُو بِلالٍ الأَشْعَرِيُّ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَلِيٍّ الْمحيرِيُّ عَنْ الطبي عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " من صَامَ الْعَشْرَ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَوْمُ شَهْرٍ، وَلَهُ بِصَوْمِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ سَنَةٌ، وَلَهُ بِصَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ سَنَتَانِ 


Hadis ini menurut imam Ibnu Al Jauzi termasuk hadis yang tidak shohih, ia mengutip pendapat Sulaim At-Taimi yang mengatakan bahwa At-Thibbi merupakan rowi yang sangat pendusta


وَهَذَا حَدِيث لَا يَصح
قَالَ سُلَيْمَان التَّيْمِيّ: الطبي كَذَّاب. وَقَالَ ابْن حِبَّانَ
وضوح الْكَذِب فِيهِ أظهر من أَن يحْتَاج إِلَى وَصفه 


Hadis kedua:


أخبرنا أبي أخبرنا الميداني حدثنا أبو بكر بن بشران حدثنا ابن شاهين إملاء حدثنا أحمد بن محمد بن عكرمة النسوي حدثنا أحمد بن الخضرالمروزي حدثنا محمد بن نصر بن العباس حدثنا علي بن حُجر حدثنا حماد بن عمرو عن زيد بن رفيع عن الزهري عن أنس رفعه: (من صام يوم التروية أعطاه اللهُ مثل ثواب أيوب على بلائه، وإن صام يوم عرفة أعطاه الله  مثل ثواب عيسى ابن مريم، وإن لم يأكل يوم النحر حتى يصلي أعطاه اللهُ ثواب من صلى في ذلك اليوم، فإن مات إلى ثلاثين يومًا مات شهيدًا) 


Imam Suyuthi menyatakan bahwa hadis ini maudhu. Hammad bin Amr termasuk perawinya teridentifikasi sangat pendusta (al- kadzzab).
 

Selain itu, kami (penulis) juga menemukan hadis dari salah satu website yakni,


أخبرنا أحمد بن عبد الرحمن الذكواني، أنا أبو بكر بن مردويه، ثنا علي بن الحسين بن محمد الكاتب، ثنا عبد الله بن محمد الهاشمي، ثنا أبو بلال الأشعري، ثنا علي بن علي الحميري، عن الكلبي، عن أبي صالح، عن ابن عباس –قال: قال رسول الله ﷺ:«صوم أيام العشر من ذي الحجة، كل يوم كفارة شهر، وصوم يوم التروية كفارة سنة، وصوم يوم عرفة كفارة سنتين»


Artinya:  Berpuasa 10 hari pada bulan Dzulhijjah, seharinya menghapuskan dosa sebulan. Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Hadis ini merupakan hadis maudhu karena salah satu sanad yang bernama Al kalbi merupakan pendusta, Al kalbi memiliki nama asli Muhammad bin saain Al kalbiy. 


Namun penulis tidak sependapat, karena dalam website tersebut menyatakan bahwa hukum melaksanakan puasa tarwiyah hukumnya bid’ah dengan alasan dalil hadis yang dijadikan sandaran adalah hadis maudhu/ palsu.


Hukum Berpuasa Tarwiyah 


Hukum berpuasa tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah tetap diperbolehkan, bahkan menurut jumhur ulama, puasa tarwiyah dihukumi sunnah. Kesunahan ini bukan dikarenakan dari hadits  puasa tarwiyah yang disebutkan di atas, akan tapi karena mengingat keutamaan beramal pada awal bulan Dzulhijjah dan ibadah puasa di awal bulan Dzulhijjah merupakan salah satu amalan yang bisa kita lakukan.
 

Selain itu, ada pula riwayat hadis bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menjadi dalil adanya keutamaan puasa pada awal bulan Dzulhijjah yaitu hadits dari Hunaidah bin Khalid, yakni beberapa istri Rasulullah mengatakan :


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، نَا أَبُو عَوَانَةَ ،  عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ، عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ ،  عَنِ امْرَأَتِهِ ،  عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ  قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ


Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari pada awal Dzulhijjah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, (HR. Abu Daud No. 2437)


Hadis ini memiliki derajat sahih, ditemukan juga adanya syawahid dari kitab Musnad Ahmad dan Sunan Kabir lil Baihaqi. Imam Bukhari juga meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dawud tentang puasa Dzulhijjah, puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ


Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari Asyura (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis.


Hal ini diperkuat oleh pernyataan para Fuqaha yang menyatakan kesunahan berpuasa tarwiyah . Golongan hanabilah menekankan untuk berpuasa pada hari kedelapan (tarwiyah). Lebih lanjut, golongan Malikiyyah menjelaskan bahwa berpuasa tarwiyah bisa melebur dosa satu tahun yang sudah lewat, sedangkan golongan Syafi’iyyah dan Malikiyyah ada sedikit perbedaan mengenai hukum puasa tarwiyah bagi orang yang berhaji, menurut Syafi’iyyah tetap disunnahkan berpuasa sedangkan Malikiyyah memakruhkan berpuasa bagi orang yang berhaji.


اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِ صَوْمِ الايام الثَّمَانِيَةِ الَّتِي مِنْ أَوَّل ذِي الْحِجَّةِ قَبْل يَوْمِ عَرَفَةَ، لِحَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ: رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا مَرْفُوعًا: مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَل الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَْيَّامِ - يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ - قَالُوا: يَا رَسُول اللَّهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيل اللَّهِ؟ قَال: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيل اللَّهِ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ (٢) .


قَال الْحَنَابِلَةُ: وَآكَدُهُ الثَّامِنُ، وَهُوَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ. وَصَرَّحَ الْمَالِكِيَّةُ: بِأَنَّ صَوْمَ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً.
وَصَرَّحَ الْمَالِكِيَّةُ، وَالشَّافِعِيَّةُ: بِأَنَّهُ يُسَنُّ صَوْمُ هَذِهِ الايام لِلْحَاجِّ أَيْضًا. وَاسْتَثْنَى الْمَالِكِيَّةُ مِنْ ذَلِكَ صِيَامَ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلْحَاجِّ. قَال فِي الْمُتْيَطِيَّةِ: وَيُكْرَهُ لِلْحَاجِّ أَنْ يَصُومَ بِمِنًى وَعَرَفَةَ تَطَوُّعًا. قَال الْحَطَّابُ: بِمِنًى 


Sedangkan untuk hadis puasa Arafah dapat dipastikan kesahihan nya, diantaranya terdapat dalam Sunan Tirmidzi yakni:


حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ، قَالَا: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ، عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ»


Artinya: Dan puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu”.


Kesimpulannya


Hadis puasa hari tarwiyah memang maudhu’ (palsu), namun ada hadis lain yang lebih umum menerangkan tentang keutamaan bulan Dzulhijjah. Hal ini juga didukung oleh pendapat jumhur fuqaha tentang kesunahan puasa tarwiyah. 


*) Muhammad Fatkhun Ni’am, ​mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. 


Keislaman Terbaru