• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Madura

Cerita Ach Zahid Jalani Puasa Ramadhan saat Musim Dingin di AS

Cerita Ach Zahid Jalani Puasa Ramadhan saat Musim Dingin di AS
Ach Zahid (pakai kopiah) saat melaksanakan shalat Tarawih bersama kamonitas Muslim Amerika Serikat. (Foto: NOJ/ Moh Khoirus S)
Ach Zahid (pakai kopiah) saat melaksanakan shalat Tarawih bersama kamonitas Muslim Amerika Serikat. (Foto: NOJ/ Moh Khoirus S)

Sumenep, NU Online Jatim

Menjadi salah satu mahasiswa yang melanjutkan studi di luar negeri memiliki cerita tersendiri saat bulan suci Ramadhan. Hal ini dirasakan oleh Ach Zahid, mahasiswa awarde LPDP di New York University, Amerika Serikat. Baginya, ini pengalaman kedua menghadapi bulan puasa di musim yang berbeda.

 

Ia menceritakan, di bulan Ramadhan kali ini Amerika Serikat tengah menghadapi musim dingin mendekati semi yang cukup dingin. Kondisi ini tentunya membantu masyarakat muslim di sana menjalankan ibadah puasanya. Paling tidak, dapat mengurangi dehidrasi tubuh yang kekurangan cairan akibat menjalankan ibadah puasa.

 

"Kebetulan puasa Ramadhan kali ini memang masih berbarengan dengan musim dingin di Kota New York. Cuacanya lumayan bikin menggigil, meskipun bulan Maret ini sudah cenderung lebih hangat karena proses transisi ke musim semi kalau dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," katanya kepada NU Online Jatim, Kamis (28/03/2024).

 

Menurut Zahid, di Amerika Serikat ibadah puasa ditempuh kurang lebih selama 14 jam, lebih lama dibandingkan dengan di Indonesia. Pada saat musim dingin, waktu ibadah puasa ditempuh sekitar pukul 05.00 pagi hingga pukul 07.00 malam waktu Amerika. Namun, memasuki musim panas akan mengalami siang lebih panjang dibanding bulan-bulan sebelumnya.

 

"Saya puasanya di proses transisi musim seperti sekarang dan tahun lalu. Semakin kebelakang pun waktu Imsak makin maju dan Maghrib pun makin mundur. Saya benar-benar merasakan perbedaan itu karena sudah dua kali puasa di sini,” ucapnya.

 

“Kalau tahun lalu itu cenderung lebih lama lagi mungkin disebabkan jadwal puasa tahun lalu masuk musim panas. Jadi yang mengatakan di Amerika puasa 15 jam itu tidak salah juga, barangkali dulu puasanya pas sudah masuk musim panas," imbuhnya.

 

Ia mengatakan, meski negara dengan umat Islam minoritas, mencari menu berbuka puasa di Amerika Serikat tidak sulit. Sebab, sudah banyak tempat yang menyediakan beraneka makanan halal dan juga cocok untuk lidah orang Indonesia. Hal serupa juga di jumpai di Masjid Universitas New York. Ia mengaku sering menikmati buka puasa di kampusnya itu.

 

"Untuk mencari menu berbuka cukup mudah sebenarnya di Kota New York, misal cukup mengunjungi Halal Guy, makanan gerobak versi Timur Tengah. Atau jika lagi kangen masakan Indonesia bisa datang ke Masjid Al-Hikmah. Bisa juga dengan cara memasak sendiri, sebagai salah satu alternatif," jelasnya.

 

Menurutnya, berpuasa di tengah-tengah mayoritas non muslim juga memiliki tantangan tersendiri. Sebab tempat makanan dan kebiasaan makan dan minum di tempat umum tidak berkurang meskipun memasuki bulan Ramadhan. Hal demikian tentu berbeda dengan suasana bulan Ramadhan di Indonesia.

 

"Kita benar-benar diuji, karena berpuasa di lingkungan non muslim. Jadi makan dan seperti biasa di sekitar kita. Itu hal lumrah sekali dan tidak perlu sembunyi-sembunyi kayak di Indonesia. Bahkan ketika di kelas pun, kanan kiri kita semuanya pada sambil makan dan minum kopi,” katanya.

 

Namun yang mengharukan, muslim di Amerika cukup ramah dalam menyambut bulan Ramadhan termasuk melaksanakan shalat Tarawih dan buka puasa bersama. “Kebersamaan dengan komunitas muslim di Amerika benar-benar terasa di bulan Ramadhan, orang-orang kompak ke masjid untuk buka bersama," pungkasnya.

 

Diketahui, Ach Zahid merupakan mahasiswa asal Sumenep yang sebelumnya kuliah di Universitas Trunojoyo Madura. Ia juga tercatat sebagai salah satu alumni Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, serta sebagai kader GP Ansor. Kini dirinya tengah menempuh Jurusan Master Management and System di New York University, Amerika Serikat. Di tengah-tengah kesibukannya kuliah, ia juga aktif di PCI NU Amerika Serikat.


Madura Terbaru