• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Madura

Inilah Keagungan Shalawat Nabi menurut Habib Abdul Qodir Ba’abud

Inilah Keagungan Shalawat Nabi menurut Habib Abdul Qodir Ba’abud
Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba’abud saat ceramah di Prenduan, Pragaan, Sumenep. (Foto: NOJ/ ISt)
Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba’abud saat ceramah di Prenduan, Pragaan, Sumenep. (Foto: NOJ/ ISt)

Sumenep, NU Online Jatim

Menyitir kitab Mukasyafatul Qulub karya Imam Al-Ghazali, Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba’abud menyebut 8 keagungan shalawat nabi. Meliputi, mendapatkan pahala dari Allah, jembatan kedekatan hamba dengan-Nya, siksa seseorang diangkat oleh-Nya, dan penyelamat dari kemaksiatan.

 

“Serta, jembatan kedekatan dengan Rasulullah, memberi hidayah kepada non-muslim, pembimbing menuju ke surga, dan mendapat syafaat pertolongan Allah,” ujarnya saat ceramah pada acara Milad ke-11 Majelis Shalawat Nahjul Musthofa dan Hari Lahir (Harlah) ke-9 Ikatan Pemuda Sarkoju’ (IPS) di lapangan Murmadeh Prenduan, Pragaan, Sumenep.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Ribath At-Taqwa Krenjengan, Kraksan, Probolinggo ini menyatakan, bila seseorang banyak membaca shalawat nabi, Allah akan menghadiahkan tetesan cahaya pahala yang berjatuhan dari langit kepada pembaca.

 

“Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa AS. Jika Aku lebih dekat antara ucapan dan lisanmu, serta hatimu. Kuncinya adalah perbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, maka Aku dekat dengan dirimu, lebih dekat daripada ruh dan jasadmu,” tuturnya sebagaimana ditonton dari kanal youtube Nahjul Musthofa, Ahad (28/01/2024).

 

Dirinya mengimbau, jangan anggap remeh. Shalawat menjadi jembatan bagi seorang hamba agar dekat dengan Allah. Shalawat adalah tangga utama yang memunculkan semangat bagi pembaca untuk memenuhi kewajiban yang diperintahkan oleh-Nya. Semakin banyak membaca shalawat, Allah akan mengangkat siksa umat nabi.

 

Ia menceritakan, suatu hari ada seorang perempuan mendatangi Imam Hasan Al-Bahsri. Kedatangan perempuan itu ingin mengetahui keberadaan putri kesayangannya yang wafat. Sebab, di masa hidupnya, putrinya anak yang paling disayangi, bahkan setiap hari diberi kecupan kasih sayang oleh ibunya.

 

“Wahai Imam Hasan Al-Bashri, berilah saya amalan sehingga bisa melihat kondisi anakku di dalam kubur. Ketika diberi amalan, perempuan itu melihat anaknya di penjara, leher dan kakinya diikat. Mimpi buruk itu diceritakan kepada Hasa Al-Bashri. Selang beberapa hari kemudian, Hasan Al-Bashri berimipi anak itu sedang duduk di atas kursi raja, memakai mahkota layaknya bidadari. Mimpi baik itu diceritakan pada ibunya,” curahnya.

 

“Terjadilah dialog yang mempertanyakan mimpi baik itu. Hasan Al-Bashri menjelaskan, mimpi baik itu dilatar belakangi oleh peziarah yang menoleh ke kuburan, kemudian dia bershalawat yang dihadiahkan kepada ahli kubur. Ada 550 ahli kubur yang diangkat siksa oleh Allah lantaran 1 orang peziarah bershalawat kepada nabi,” ucapnya.

 

Selain itu, shalawat menjadi penyelamat dari kemaksiatan yang dilakukan seorang hamba. Dikisahkan, ada seseorang yang berjalan di padang pasir. Kemudian bertemu dengan sosok yang jelek yang menyatakan bahwa bagian dari amal buruknya. Untuk menampakkan amal baiknya, kuncinya adalah memperbanyak membaca shalawat. Karena shalawat menjadi perantara seseorang dekat dengan Rasulullah.

 

“Suatu hari, ada seorang pemuda berjumpa dengan nabi di dalam mimpi. Namun saat menyapa nabi sebanyak 3 kali, Rasulullah tidak menoleh. Wahai nabi, saya adalah umatmu. Mengapa engkau tidak mengenaliku. Bukankah seorang nabi mengenal umatnya? Nabi menjawab, Aku tidak menoleh kepadamu karena kamu tidak pernah bershalawat kepadaku,” ujarnya saat menceritakan isi kitab.

 

Menurut penceramah asal Probolinggo ini, kisah ini memiliki hikmah yang patut dipetik oleh jamaah. Hikmah itu adalah Rasulullah kenal pada umatnya atas kadar banyaknya shalawat yang mereka baca. Semakin banyak dibaca, shalawat akan menghujani tetesan hidayah atau menjadi menyebabkan seorang non-muslim bersyahadat dan bertaubat kepada Allah.

 

“Shalawat pembimbing kita menuju surga. Betul kata ulama al-Mutaqaddimin, jika seseorang kehilangan sosok guru yang shaleh dan dijadikan panutan di kala bimbang, shalawat yang akan memberi hidayah dan menuntun seseorang menuju surga serta meninggalkan kemaksiatan. Barang siapa yang lupa berhsalawat, berarti dia lupa pada jalan menuju surga,” ucapnya menyitir hadits nabi yang diriwayatkan Abi Ja’far.

 

Habib Abdul Qodir menambahkan, shalawat memberi syafaat pertolongan kepada pembaca, misalnya mengabulkan hajat seseorang. Dirinya mendorong jamaah untuk bershalawat bilamana ingin meminta sesuatu kepada Allah.

 

“Niati hajat duniawi kita dengan shalawat nabi. Mintalah materi kepada Allah, namun materi itu harus menjadi jembatan agar seseorang dekat dengan-Nya. Sama halnya seseorang menuntut ilmu. Carilah ilmu di manapun berada, karena ilmu akan mengarahkan kepada-Nya,” tandasnya.


Madura Terbaru