• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Madura

Ketua NU Sumenep: Mbah Hasyim Tokoh Penggerak dan Pemersatu Umat

Ketua NU Sumenep: Mbah Hasyim Tokoh Penggerak dan Pemersatu Umat
Ketua PCNU Sumenep, KH A Pandji Taufiq. (Foto: NOJ/Firdausi)
Ketua PCNU Sumenep, KH A Pandji Taufiq. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten  Sumenep, KH A Pandji Taufiq menceritakan, setelah mendapat hadiah buku dari KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) di momen Hari Santri 2023. Dari mengkhatamkan buku itu, ternyata Mbah Hasyim tidak sekedar tokoh penggerak NU, tapi kiai penggerak umat Islam dan pemersatu umat Islam.


Pernyataan ini disampaikan pada pembukaan Taddarus Pemikiran Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, pemersatu umat Islam Indonesia. Kegiatan ini dihelat dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-101 NU yang dipusatkan di aula Graha Al-Ikhlas Kemenag Sumenep, Ahad (28/01/2024).


“Yang terpenting adalah bagaimana Nahdliyin di Sumenep memperkuat ukhuwah Islam nya sebagaimana santri yang menjadi mundzirul qaum di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.


Dijelaskan, ia sengaja mengemas kegiatan ini agar Sumenep yang dikenal dengan Solonya Madura tetap mempertahankan andhap asor (rendah hati dan sopan santun) yang merupakan sari pati ajaran Islam yang diajarkan oleh muassis NU.


Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk ini menerangkan, tadarus ini merupakan kegiatan yang pertama di Abad Kedua NU. Pengurus mencoba menawarkan sebuah kegiatan yang tidak biasa dilakukan di Sumenep. 


Kiai Pandji berharap, kegiatan tersebut menjadi model bagi pengurus di Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) dan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU). Sesungguhnya PCNU hanya fasilitator dan motivator, sedangkan yang berperan aktif di akar rumput adalah MWCNU dan ranting NU yang berhadapan dengan masyarakat selama 24 jam. 


Dirinya melaporkan, anggaran fasilitas umum di pedesaan masih kurang. Misalnya, banyak infrastruktur atau jalan yang rusak dan tidak tersentuh selama 10 tahun. Berangkat dari problem ini, salah satu pengurus NU di MWCNU Pragaan membangun jembatan yang menghubungkan antara 2 desa, yakni Desa Jaddung dan Pakamban Laok.


“Pembangunan itu menggunakan gerakan swadaya yang dimotori NU Care – Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU),” pungkasnya.


Madura Terbaru