Moh. Khoirus Shadiqin
Kontributor
Sumenep, NU Online Jatim
KH Moh Ishak, Pengasuh Pondok Pesantren At-Ta'awwun Sumenep sampaikan pengertian amar ma'ruf nahi munkar. Pendapat itu di sandarkan pada kitab al-Fikrah al-Nahdliyah Karya KH Imadudin Usman asal Banten.
Ia menyampaikan hal tersebut pada silaturrahmi dan konsolidasi Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) se-Kecamatan Batang-batang, Sumenep. Acara itu dipusatkan di Ranting Legung Timur Kecamatan setempat, Ahad (08/11).
"Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa konsep NU yang ke-empat adalah amar ma'ruf nahi munkar", kata Kiai Ishak sapaan akrabnya.
Rais Majelis wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Batang-batang itu menyampaikan bahwa amar ma’ruf memiliki arti, sesuatu yang diketahui oleh akal dan syari'at islam dalam bentuk kebaikan. Menurutnya, akan percuma suatu kebaikan apabila tidak dapat diterima oleh akal maupun syari'at islam.
"Amar ma'ruf artinya kebaikan yang bisa diterima oleh akal dan syari'at Islam", tuturnya.
Sedangkan pengertian 'nahi munkar', menurut Kiai Ishak adalah sesuatu yang ditolak oleh akal maupun syari'at islam. Dan cara menolak kemungkaran harus dengan cara-cara yang baik.
"Arti dari nahi munkar, sesuatu yang ditolak oleh akal maupun syari'at islam", ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengisahkan sahabat Umar bin Khattab yang menegur pemuda yang sedang muntah akibat mabuk-mabukan di rumahnya. Dengan sifatnya yang keras dan tegas Umar memarahi pemuda tersebut.
"Ada kisah menarik, ketika sahabat Umar hendak menegur pemuda yang sedang mabuk-mabukan", katanya.
Dalam cerita Umar beranggapan bahwa pemuda tersebut telah melakukan suatu dosa karena mabuk-mabukan. Tetapi pemuda tersebut malah mengatakan Umar yang lebih berdosa dari dirinya karena tiga hal.
Yang pertama, pemuda tersebut mengatakan Umar bin Khattab telah berdosa karena mencari kejelekan orang lain, padahal dalam Al-Quran telah jelas dilarang. Kedua, Umar berdosa karena masuk kerumah orang tidak melalui pintu utama, padahal juga jelas itu dilarang. Sedangkan, yang ketiga, Umar masuk rumah tanpa salam. Dalam Islam dianjurkan mendahuluinya dengan mengucap salam. Dari kejadian itu, pada akhirnya keduanya saling menyadari dosa-dosa yang diperbuat.
"Dari situ kita belajar bahwa amar ma'ruf nahi munkar harus dilakukan dengan cara-cara yang baik juga santun", tegasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menata Hati dengan 7 Perbuatan
2
Mensos Gandeng PPATK Telusuri Penerima Bansos Terindikasi Main Judol
3
Garda Fatayat NU Jatim Terima 100 Bibit Tanaman dari BPBD untuk Dukung Ketahanan Pangan
4
Distribusikan Benih Padi, Langkah Ansor Jatim Perkuat Ketahanan Pangan
5
Pesantren Bebas Kekerasan: Nawaning Nusantara Siapkan Satgas dan Edukasi Seksual
6
5 Dosen UIN KHAS Jember Ikut Terlibat dalam Penyusunan Raperda MDT
Terkini
Lihat Semua