Mahasiswi Universitas Annuqayah Belajar Produksi Olahan Ikan Bernilai Ekonomi
Jumat, 30 Agustus 2024 | 11:00 WIB

Mahasiswi KKN Universitas Annuqayah saat belajar pengolahan ikan menjadi rengginang dan pattek di Desa Panaongan, Pasongsongan, Sumenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)
Firdausi
Kontributor
Sumenep, NU Online Jatim
Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, Sumenep memiliki potensi hasil laut yang melimpah. Melihat potensi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Posko 15 Universitas Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep belajar pengolahan ikan menjadi rengginang dan pattek, sebagai wadah perekonomian bagi warga.
Surauda, istri Kepala Dusun Benteng Utara, Desa Panaongan, menceritakan bahwa mahasiswa Universitas Annuqayah yang melaksanakan KKN di daerahnya sejak awal langsung banyak melakukan interaksi dengan warga. Tidak hanya itu, mereka juga turut berpartisipasi dalam pengolahan ikan.
Dituturkan Surauda, untuk membuat rengginang dan pattek dari olahan ikan diawali dengan memilah bahan yang akan diolah, menimbang beras ketan, dan lainnya. “Untuk membuat rengginang dan pattek, harus ditimbang lebih dahulu agar takarannya pas,” tuturnya kepada NU Online Jatim, Jumat (30/08/2024)
Setelah beras ketan ditimbang, dilanjutkan pada tahap pencucian dan beras ketan direndam sekitar 30 menit agar beras lebih bersih, lalu di kukus. Bersamaan dengan itu, bumbu halus berupa bawang merah, bawang putih, garam, dan penyedap rasa dihaluskan.
Setelah proses pengukusan selesai, beras ketan yang sudah dikukus dicampur dengan bumbu halus dan air panas dari kukusan tadi kemudian kembali dikukus. “Pengukusan kedua kalinya ini dilakukan agar beras ketan tidak lembek dan mudah dibentuk,” tuturnya saat mengajari mahasiswa KKN.
Sembari menunggu beras ketan matang, mahasiswa diarahkan untuk membuat adonan pattek. Adonan ini sama seperti pattek biasa, yaitu tepung terigu, bawang merah, bawang putih, mentega, garam, dan penyedap ras. Bedanya pattek khas Desa Panaongan ini dicampur ikan yang sudah dihaluskan.
Kegiatan dilanjut dengan mencetak rengginang dan menggoreng adonan pattek yang diiris tipis. Saat mencetak rengginang memakan waktu sekitar dua jam yang menghasilkan empat sak-sak (tempat menata rengginag yang hendak dijemur) dengan jumlah 6 kilogram.
“Biasanya kalau sendirian ibu menghabiskan waktu tiga jam dengan adonan 5 kilogram,” kata Surauda.
Mutma'innah, Sekretaris Posko 15 KKN Universitas Annuqayah mengatakan, usaha pengolahan ikan menjadi rengginang dan pattek ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Karena secara geografis berbatasan dengan laut yang banyak menghasilkan ikan. Bahan-bahan untuk pembuatan rengginang dan pattek cukup mudah didapatkan dan harganya lebih murah.
“Saya kira hasil laut yang melimpah harus dimanfaatkan. Jika dikembangkan oleh warga, maka akan meningkatkan ekonomi masyarakat, bisa dijadikan pekerjaan utama dan membuka lapangan pekerjaan,” ungkapnya.
Terpopuler
1
Banser Jatim Perkuat Silaturahim Lewat Sunset Dinner di Pantai Serang
2
Rakorwil GP Ansor Jatim di Blitar, Momen Kick Off Rekrutmen Satu Juta Kader
3
Dilantik, Ansor Singosari Malang Tegaskan Pengabdian dan Inovasi Organisasi
4
Jaga Pangan Nusantara, GP Ansor Pacitan Dorong Kader ke Sektor Pertanian
5
Gus Ahmad Kafabihi Ajak Kader Ansor Aktif Dakwah Digital dan Amalkan Ijazah Kubro
6
Dorong Kemandirian, Ansor Blimbing Malang Luncurkan Program Qurban Farm
Terkini
Lihat Semua