• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Madura

Wakil Ketua NU Sumenep Bedah Pemikiran Gus Dur

Wakil Ketua NU Sumenep Bedah Pemikiran Gus Dur
Wakil Ketua PCNU Sumenep, Ach Subairi Karim bedah pemikiran Gus Dur. (Foto: NOJ/ Firdausi)
Wakil Ketua PCNU Sumenep, Ach Subairi Karim bedah pemikiran Gus Dur. (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, Ach Subairi Karim mengutarakan, banyak warga tidak paham terhadap ide dan gagasannya KH Abdurrahman Wahid atau Abdurrahman Addakhil (Sang Penakluk).


“Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat memberikan pernyataan bahwa pemikiran Gus Dur melampaui zamannya,” ujarnya saat acara Haul Gus Dur ke-12 yang digelar oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Pragaan. Kegiatan tersebut dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Ibrohimiy, Masaran, Sentol Daya, Pragaan, Sumenep, Kamis (30/12/2021). 


Berbeda dengan hal itu, putri Gus Dur Yenny Wahid menyatakan, pemikiran majunya Gus Dur ibarat kepala kereta api lokomotif super sonic dari jepang, sedangkan gerbongnya kelas ekonomi. 


Menurut Subairi, pada dasarnya setiap hal yang disampaikan Gus Dur sangat sederhana. Namun demikian tetap mengandung nilai-nilai keagamaan serta kemanusiaan.


“Dulu Gus Dur pernah dipelintir oleh salah satu wartawan yang katanya akan mengganti Assalamu’alaikum dengan selamat pagi, dan lainnya. Bagi Gus Dur, tak selalu wajib menggunakan Assalamu’alaikum bagi kultur bangsa yang majemuk ini,” kenangnya.


Mantan Wakil Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan tersebut mengatakan, maksud dari ‘Membumikan Islam’ ialah sebab sebutan Islam datang dari langit, kemudian masuk menjadi kehidupan masyarakat di Indonesia. 


“Artinya, sebelum Islam datang, bangsa Nusantara menganut agama Hindu-Budha. Kedatangan para wali, mampu membumikan dengan bermain di ranah logika, tradisi, budaya dan realitas kehiduapan,” jelasnya.


Subairi menyebutkan, bahwa saat ini pemikiran Gus Dur banyak diteruskan komunitas Jaringan Gusdurian, salah satunya tentang kesetaraan. Sebab ini, maka wajar bila Gus Dur dikenal sebagai bapak plurasime agama. 


“Maksud dari pemikiran Gus Dur itu ialah keberagamaan tidak dicampuradukkan antara Islam dengan agama lain,” terangnya.


Contoh lainnya, lanjutnya, yakni pada bulan Desember banyak tokoh bangsa mengucapkan selamat hari natal bagi umat kristiani. Ucapan tersebut menurut Gus Dur terlontar untuk penghormatan.


“Jangan maknai sebagai bentuk pengakuan. Karena hukum ucapan selamat hari natal adalah ikhtilaf. Sebab di dalam Al-Qur’an menyatakan, Allah SWT tidak pernah melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada non muslim selama tidak memerangi dan mengeluarkan kita dari kampong halaman,” ungkapnya.


Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep itu menambahkan, bahwa Gus Dur selalu melindungi kaum minoritas. Seperti kasus goyang ngebor Inul Daratista yang dihujat habis-habisan, bahkan ada pemboikotan stasiun televisi.


“Namun, Gus Dur justru membelanya. Maksud pembelaan Gus Dur ialah agar menempatkan porsi kesalahan orang lain sesuai perbuatannya menurut peraturan perundang-undangan. Bukan lantas membelanya 100 persen,” katanya.


Gus Dur juga tidak sepakat dengan paham komunis. Namun, yang dipesankan adalah agar cerita lama tersebut tidak ditanamkan kepada anak cucu ksehingga menimbulkan dendam yang berkepanjangan. 
 


“Kader Ansor jangan kaget dengan isu-isu PKI di media sosial. Karena itu adalah propaganda yang mengatasnamakan agama,” pungkasnya.


Madura Terbaru