• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 17 April 2024

Madura

1 ABAD NU

Wakil Rais NU Sumenep Ajak Nahdliyin Syukuri Usia Jamiyah

Wakil Rais NU Sumenep Ajak Nahdliyin Syukuri Usia Jamiyah
KH Ahmad Washil Hasyim (pegang mic), Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep. (Foto: NOJ/Firdausi)
KH Ahmad Washil Hasyim (pegang mic), Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

KH Ahmad Washil Hasyim, Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep mengajak pada Nahdliyin untuk mensyukuri usia jam'iyah yang mencapai 100 tahun dan Indonesia menjadi negara Islam yang aman dari peperangan.


Pernyataan ini disampaikan saat memberi pengarahan pada acara Tasyakuran 1 Abad NU yang dihelat di aula Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, Sumenep, Selasa (31/01/2023).


Kiai Washil sapaannya mencontohkan kasus perang saudara yang terjadi di negara Islam. Misalnya, di Yaman yang lumpuh lantaran perang. Bayangkan, katanya, saat bom meledak, fasilitas internet mati selama 10 hari demi keamanan. Bahkan listrik yarng awalnya hidup 24 jam, ternyata saat perang hanya hidup 3 jam saja.


“Kasus terkini di Pakistan, bom yang diledakkan di pasar yang menewaskan 61 jiwa, itu hal biasa menurut masyarakat. Berangkat dari sinilah, mari kita syukuri. Anak-anak bisa sekolah, masyarakat dapat beribadah sesuai keyakinannya,” katanya.


Saat menggunakan akal budi, ternyata keamanan tercipta di Indonesia karena penduduknya mayoritas NU. Tak hanya itu, diceritakan, penduduk Spanyol di masa lalu mayoritas muslim, kini berubah menjadi minoritas.


“Padahal karya Ibnu Malik yakni Alfiyah muncul di kota negara tersebut,” ungkapnya.


Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk meluruskan sejarah, bahwa saat nabi wafat, tidak meninggalkan wasiat agar jabatannya diganti oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a dan menggunakan sistem khilafah yang didengungkan oleh sebagian kelompok.


“Di luar forum, munculah letupan-letupan bahwa Ali bin Abi Thalib lah yang berhak menggantikan nabi. Di sinilah awal mula perpecahan, sehingga muncul di beberapa negara Islam sebuah paham radikal. Siapapun yang tak sependapat, darahnya halal," terangnya.


Berdasarkan konflik perang yang mengglobal, NU mensosialisasikan fiqih peradaban guna memberikan tawaran solusi agar perang sesama muslim berakhir. Bahkan bisa mengurangi kadar seorang mengklaim sesama muslim.


"Pembunuh Ali bin Abi Thalib yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Muljam dilakukan mengatasnamakan agama. Padahal ia seorang huffadzh, alim dan ahli sujud," paparnya.


Di akhir taujihadnya, Kiai Washil mengajak jamaah untuk meneladani KH A Junaidi Muarif yang mengkampanyekan pendirian klinik NU pratama di masing-masing MWCNU. Walaupun tidak ada transportasi, ia tetap mensosialisasikan bersama Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep.


Madura Terbaru