• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Malang Raya

Hadir di Kota Batu, Gus Yahya Bahas Peran Santri

Hadir di Kota Batu, Gus Yahya Bahas Peran Santri
KH Yahya Cholil Staquf dan KH Abdussalam Shochib (moderator) dalam acara Dialog Kebangasaan yang digelar PCNU kota Batu. (Foto: NOJ/ Zaiyana NA)
KH Yahya Cholil Staquf dan KH Abdussalam Shochib (moderator) dalam acara Dialog Kebangasaan yang digelar PCNU kota Batu. (Foto: NOJ/ Zaiyana NA)

Batu, NU Online Jatim

Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya hadir sebagai narasumber dalam Dialog Kebangsaan yang diadakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) kota Batu, Sabtu (30/10). Dalam kesempatan itu, Gus Yahya membahas tentang peran santri di era digital.

 

Acara yang dipusatkan di aula PCNU Kota Batu ini merupakan puncak dari rangkaian HSN 2021.

 

Gus Yahya mengungkapkan bahwa saat ini gairah untuk berperan dari para santri sedang naik. Namun, di saat yang sama santri belum menyadari seberapa besar peran yang diharapkan.

 

"Jarang santri yang menyadari, peran yang diharapkan dari santri jauh lebih besar dari yang saat ini mereka bayangkan," paparnya.

 

Terlebih lagi kondisi dunia internasional yang sedang kacau setelah diterpa pandemi Covid-19. Para alim ulama dari kalangan NU diharapkan kehadirannya untuk memberikan jawaban.

 

"Kalau semua sudah kacau yang memberi jawaban adalah Islam, yang bisa memberi jawaban atas nama Islam adalah ulama. Ulama yang berhak menjawab adalah ulama yang sungguh-sungguh merdeka dan setia pada ilmunya. Ulama seperti ini tidak ada di tempat manapun selain di dalam lingkungan NU, ini kenyataan," terang Gus Yahya.

 

Dengan skala okupasi, lebih dari lima puluh persen penduduk Indonesia mengaku sebagai warga NU. Oleh karena itu pergerakan santri NU sangat menentukan pergerakan Indonesia. "Kalau santri tidak bergerak, Indonesia tidak akan kemana-mana. Kalau santri tidur, Indonesia juga tidur," tegas Gus Yahya mengingatkan.

 

Gus Yahya menambahkan bahwa peran santri saat ini bukan hanya membuat perekonomian, pertanian, ataupun dakwah Aswaja lebih maju, melainkan juga belajar untuk membentuk mentalitas bangsa.

 

Pondasi tata nilai yang dihadapkan dengan kemajuan zaman menumbuhkan kecemasan baru, akan memiliki nilai dan moral seperti apa Indonesia di masa yang akan datang.

 

"Ini bukan pekerjaan kecil, njenengan (Anda) harus mikir bagaimana orang-orang yang berebut jabatan dan korupsi bisa berhenti dari kelakuannya. Sekarang jumlah da'i semakin banyak, YouTube rame, pondok-pondok santrinya membludak, tapi sing korupsi jalan terus," tegasnya.

 

Untuk itu, lanjutnya, yang dibutuhkan sekarang adalah menumbuhkan kesadaran tentang besarnya peran yang diharapkan dari santri. Nahdlatul Ulama harus membangun strategi untuk menciptakan managemen organisasi yang bisa mendorong peran santri menjadi nyata.

 

"Kesadaran peran yang diharapkan akan membuat kita berpikir jauh lebih luas tentang apa yang harus dilakukan, di sini organisasi menjadi jalan bagi santri untuk berperan," ungkap Gus Yahya.

 

Ia berharap dari NU inilah akan lahir para santri yang diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan, baik dalam skala nasional maupun internasional.

 

"Dari NU ini mudah-mudahan bisa kita penuhi, kalau itu bisa berarti kita juga memenuhi apa yang menjadi mimpi para muassis ketika dulu mendirikan Nahdlatul Ulama,"  harapnya.

 

 

Sebagai informasi, acara tersebut dihadiri oleh Wakil Wali Kota Batu, Kepala Kantor Kementrian Agama kota Batu, Ketua DPRD kota Batu dan wakilnya, perwakilan PCNU dari Nganjuk, Tulungagung, Blitar, Surabaya, Kencong, Kabupaten dan Kota Malang, juga
Wakil Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdussalam Shohib sebagai moderator.

 

Penulis: Zaiyana Nur Ashfiya


Editor:

Malang Raya Terbaru