• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Matraman

Di Tulungagung, Fahruddin Faiz Ulas Ekspresi Jiwa di Tengah Budaya Dakwah

Di Tulungagung, Fahruddin Faiz Ulas Ekspresi Jiwa di Tengah Budaya Dakwah
Fahruddin Faiz, Intelektual Muslim dan Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (Foto: NOJ/HMPSMDUINSatu)
Fahruddin Faiz, Intelektual Muslim dan Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (Foto: NOJ/HMPSMDUINSatu)

Tulungagung, NU Online Jatim

Fahruddin Faiz, Intelektual Muslim dan Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta mengatakan, ada filosofi dari Pakistan bernama Muhammad Iqbal yang menjelaskan tentang orientasi hubungan kesadaran diri itu ada tiga.


Pertama, kesenangan. Jika hanya mencari kesenangan saja durasinya itu pendek. Termasuk pada ilmu, jika hanya mencari kepuasan durasinya pendek. Kedua, kemenangan.


Hal ini disampaikannya saat menghadiri acara Seminar Dakwah yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen Dakwah (HMPSMD) Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN Satu) Tulungagung. Kegiatan bertajuk ‘Mengekspresikan Jiwa di Tengah Arus Budaya Dakwah’ ini dipusatkan di Auditorium Gedung Arief Mustaqim lantai 6 kampus setempat, Senin (28/08/2023).


“Contoh ketika kita sudah diwisuda dan lulus tepat waktu, tapi setelah wisuda juga masih sumpek, durasinya sebentar dan bingung arahnya mau di bawa kemana,” ujarnya.


Selanjutnya yang ketiga tentang kewenangan. Kewenangan tersebut menurutnya seperti kualitas diri meningkat. “Contohnya dengan berbagi kemenangan kepada orang lain atau masyarakat itu sangat diperlukan,” terang pria kelahiran Mojokerto ini.


Pihaknya juga menjelaskan perihal cara berbagi yang baik dan membawa manfaat untuk jangka panjang, di dalam Al-Qur’an punya istilah berjumlah enam. Pertama, qaulan sadida merupakan perkataan yang jelas, tidak meninggalkan keraguan, meyakinkan pendengar, dan perkataan yang benar tidak mengada-ada.


Kedua, qaulan baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. “Ketiga, qaulan ma’rufa berarti perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat,” jelasnya.


Keempat, qaulan kariman adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak di dengar, lemah-lembut, dan bertata krama.


Kelima, qaul layyin adalah perkataan yang mengandung anjuran, ajakan, pemberian contoh, di mana si pembicara berusaha meyakinkan pihak lain bahwa apa yang disampaikan adalah benar dan rasional.


Keenam, qaulan maysura bermakna ucapan yang mudah dan bisa diterima oleh orang, mudah dicerna, mudah dimengerti, dan mudah dipahami. “Pakailah bahasa sesuai dengan suasana di tempat tersebut,” paparnya.


Terakhir pihaknya menambahkan, cara membentuk diri menurut Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumuddin yakni Tazkiyatun Nafs (pembersihan diri), Riyadhatun Nafs (melatih jiwa) dan Imarotun Nafs (mampu mengembalikan diri atau Raja bagi dirimu sendiri).


Matraman Terbaru