Matraman

Gus Muwafiq Ungkap Masuknya Islam di Tanah Jawa

Selasa, 6 Agustus 2024 | 13:00 WIB

Gus Muwafiq Ungkap Masuknya Islam di Tanah Jawa

Gus Muwafiq. (Foto: NOJ/Youtube Galeri MQ)

Jombang, NU Online Jatim

Kiai nyentrik asal, Sleman, Yogyakarta KH Ahmad Muwafiq menjelaskan bahwa masuknya Islam di bumi Nusantara mengalami akulturasi dengan budaya setempat khususnya di tanah Jawa.

 

Hal itu ia sampaikan kala menyampaikan mauidloh hasanah dalam Pengajian Haul ke-9 Gus Dur dan Masyayikh serta Harlah ke-2SIMSOHING Tebuireng 3 di pertigaan utama Jalan Raya Cukir, Jombang pada Senin (05/08/2024).

 

"Haul yang malam ini kita peringati itu sama meriahnya dengan acara-acara nuansa Islam lainnya, dan orang Jawa itu sejak dulu peduli dengan orang mati dan juga menghormati para leluhur," ujar Gus Muwafiq.

 

Ia menjelaskan, bahwa orang Jawa itu sudah punya budaya. Ajaran-ajaran Islam dahulu yang masuk ke Nusantara itu berhadapan dan akhirnya berakulturasi dengan budaya yang sudah ada. Karena pada tahun 571 M Nabi Muhammad SAW lahir, di tahun yang sama di Jawa itu sudah ada Kerajaan Kalingga.

 

"Syariat potong tangan ketika mencuri yang diajarkan oleh Nabi SAW, itu tidak jauh berbeda dengan aturan di Kerajaan Kalingga, bahkan lebih ekstrim yakni ketika menendang kendi orang lain itu bisa dipotong kakinya," jelasnya.

 

Kemudian kiai berambut gondrong itu menjelaskan bahwa sebelum masuknya Islam beserta ajaran shalatnya, orang-orang Jawa sudah mengenal dan menyembah Sang Hyang Wenang, maka dari itu istilah shalat di tanah Jawa di kenal sebagai sembahyang. 

 

Maka dari itu pada tahun 1200-an Masehi, hukum-hukum sudah berkembang sampai akhirnya menjadi kitab yang bernama Negarakertagama dan Sutasoma.

 

"Orang Jawa itu sejak dulu menempatkan agama itu pada hirarki tertinggi bahkan lebih tinggi daripada kedudukan raja dengan simbol Brahmana," ujar Gus Muwafiq

 

Maka dari itu, raja-raja dahulu tidak diperbolehkan berbicara tentang agama, karena yang diperbolehkan hanya kaum Brahmana. Ajaran ini sangatlah selaras dengan Islam yang menempatkan ulama dalam posisi tertinggi dalam masalah agama.

 

"Maka dari itu para pemuka agama harus berhati-hati, karena baik buruknya masyarakat dipengaruhi oleh pemuka agama yang banyak diikuti oleh masyarakat," pungkasnya.

 

Dalam acara malam itu juga turut dihadiri beberapa masyayikh, seperti KH Fahmi Amrullah Hadziq, KH Irfan Yusuf, dan ratusan jamaah lainnya.