Madchan Jazuli
Kontributor
Trenggalek, NU Online Jatim
Tepat 17 April organisasi terbesar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) genap memasuki usia ke-65 tahun. Banyak harapan dan pesan yang disampaikan oleh beberapa tokoh untuk organisasi yang memiliki Tri Motto 'Dzikir, Fikir, Amal Saleh' ini.
Salah satu kader unggulan PMII adalah Lutfi Hamdani, Ketua Komisariat PMII Sunan Ampel UIN Malang (2016-2017) silam yang saat ini sebagai Direktur Penerbit Indonesia Imaji.
Menurutnya, momen Hari lahir (Harlah) ke-65 ini menaruh harapan agar mampu mencapai Indonesia Emas. PMII harus lebih adaptif menyikapi perkembangan sosial, teknologi, ekonomi, politik, dan lingkungan hidup mutakhir agar bisa terus berbenah di dalam.
Lebih lanjut, pada akhirnya dapat mencetak kader-kader yang paripurna, sebagaimana tertulis dalam tujuan PMII. Hal ini bisa dicapai dengan terus menguatkan kapasitas intelektual, profesional, moral dan ketaqwaan pada diri setiap kader.
Ia mengaku, sejalan dengan Harlah ke-65 ini mengambil tema 'Generasi Hebat Penggerak Perubahan', terutama pemanfaatan teknologi digital kader harus lebih mumpuni, ini akan membantu proses kerja organisasi jadi lebih terencana dan efisien.
"Misalnya pengelolaan database, kurikulum kaderisasi, bahkan pengembangan unit usaha dan profesional PMII," ujarnya kepada NU Online Jatim, Kamis (17/04/2025).
Pria asal Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek ini menjelaskan, PMII telah teruji dan terbukti menjadi organisasi kaderisasi mahasiswa terbesar di Indonesia. Selama 65 tahun telah mewati beragam dinamika intelektual dan kebangsaan di Indonesia.
“Alumni saat ini sudah tersebar luas di berbagai sektor untuk memberikan kebermanfatan bagi kemajuan Indonesia, bahkan dunia. Inspirasi, semangat, nilai-nilai dan kebersamaan ini yang perlu terus diwariskan kepada anggota dan kader-kader di seluruh perguruan tinggi di Indonesia," jelasnya.
Lutfi menerangkan, selama berproses di rayon dan komisariat adalah fase yang paling berkesan di PMII. Penanaman idealisme, ideologi, keseruan diskusi-diskusi, friksi dan konflik dengan sesama anggota ataupun pengurus rayon-komisariat.
"Lalu advokasi, proses membangun gerakan di kampus maupun masyarakat sekitar jadi modal berharga, yaitu untuk melangkah ke level struktural selanjutnya atau bahkan saat terjun di dunia kerja dan masyarakat," tandasnya.
Terpopuler
1
Kisah As'ad, Tukang Cukur Naik Haji Asal Pasuruan
2
Berbagai Keutamaan Kota Makkah dan Madinah, Dua Kota Suci Umat Islam
3
Khutbah Jumat: 7 Etika Menjaga Lisan agar Selamat
4
Pesantren Nurul Ulum Malang Gelar Makesta, Siapkan Kader Unggul-Visioner
5
Bacaan Doa Sunnah Setiba di Kota Makkah
6
Ketua Rijalul Ansor Sidoarjo, Gus Bahron: Kita Patut Bangga Berkhidmat di NU
Terkini
Lihat Semua