• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Matraman

Kader Ansor Tulungagung Geluti Bisnis Konveksi, Omzet hingga Ratusan Juta

Kader Ansor Tulungagung Geluti Bisnis Konveksi, Omzet hingga Ratusan Juta
Andrianto dan bisnis konveksinya. (Foto: NOJ/Madchan)
Andrianto dan bisnis konveksinya. (Foto: NOJ/Madchan)

Tulungagung, NU Online Jatim
Momentum Hari Lahir (Harlah) ke-101 Nahdlatul Ulama tepat 31 Januari 2024 menjadi kilas balik. Salah satunya, kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor asal Tulungagung, Andrianto Muhammad yang telah sukses berbisnis konveksi dengan omzet ratusan juta rupiah.

 

Andrianto sendiri memaknai harlah ormas Islam terbesar ini sebagai kebangkitan ulama. Ia menaruh harapan ulama dan umat harus terus mengikuti perkembangan zaman. Sebab, dahulu Nahdlatul Ulama bernama Nahdlatut Tujjar atau kebangkitan saudagar.

 

"Artinya kita orang berdaya, bahwa selama ini banyak teman kita yang potensial tapi belum diberdayakan dalam bentuk aksi nyata yang memang perlu waktu dan persamaan untuk bisa bangkit," terang Andrianto Muhammad, Rabu (31/01/2024).

 

Pria asal Kelurahan Botoran, Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung ini mengatakan bahwa ulama tidak hanya mengaji saja. Termasuk Ketua Umum PBNU, Gus Yahya yang mengatakan tidak perlu ngaji banyak, yang ngaji biar pondok-pondok salaf. Menurutnya, apa yang sudah dilakukan Gus Yahya sudah benar yaitu bergerak mengendalikan organisasi secara progresif di dunia khususnya di Indonesia.

 

"Sebaliknya, jam'iyah juga begitu dan masing-masing kita harus berdaya, dan itu bisa. Karena kita besar dan punya modal lebih dibanding yang lain," bebernya.

 

Ia menjelaskan awal mula kegiatan usaha ini dari lingkungan keluarga. Pertama kakak kandung dan juga orang tuanya juga berwiraswasta.

 

Selain ditunjang tempat ia dilahirkan dan dibesarkan menjadi sentra konveksi, ada kemauan yang besar untuk belajar. Di Kelurahan Sembung, orang-orang menggeluti konveski, dahulu memproduksi tali sumbu kompor, produksi tenun, hingga batik.

 

"Lalu ganti sawal, guling, sprei tahun 1980-an. Setelah itu, produksi fashion dan busana muslim tahun sampai sekarang," imbuhnya.

 

Pria kelahiran 1972 ini mengungkapkan awalnya ia membantu kedua orang tua dalam produksi konveksi. Sehingga sudah tidak asing lagi saat mengerjakan obras, merapikan benang, hingga packing pakaian yang sudah jadi untuk pengiriman.

 

Lalu, ia melanjutkan pada tahun 1990-an ketika lulus Sekolah Menengah Atas diajak kakak untuk belajar marketing sampai ke luar pulau. Setelah menggeluti marketing, akhirnya mempunyai pelanggan dan mengetahui apa permintaan pelanggan dengan menyesuaikan selera.

 

"Akhirnya kita coba produksi sendiri. Kalau di marketing itu tahu bagaimana selera pasar. Setelah nikah belajar untuk mandiri, belajar pelan-pelan, kita ikuti irama pasar," bebernya.

 

Andrianto yang juga kader Nahdlatul Ulama yang sempat aktif di Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tulungagung ini menambahkan, dalam produksi baju, rata-rata jika permintaan normal dalam satu tahun bisa menghasilkan 100.000 pcs. Biasanya Permintaan pasar naik atau tinggi saat menjelang puasa.

 

"Kalau pasar kita nasional, namun lewatnya grosir-grosir di kota-kota misalkan Surabaya, Solo, Malang, Jember hingga luar pulau. Sisanya online," ujarnya.

 

Andrianto menuturkan kelebihan konveksi yang ia kelola ini terletak dari harga yang bisa bersaing. “Karena memproduksi sendiri bisa lebih terjangkau. Di samping itu, update model bahan mengikuti permintaan pasar terkini,” terangnya.

 

Saat ini ia yang dibantu 30 karyawan. Menurutnya, bisnis ini juga mengalami tantangan. Yaitu dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat dan maju membuat persaingan semakin terbuka dan semua memiliki peluang bisnis yang sama.

 

Artinya, menurut pria yang dulu pernah hobi bermain trail ini gesekan kompetitor semakin tinggi. Jika tidak bisa disikapi maupun memiliki inovasi dibanding lainnya akan bisa terdisrupsi oleh zaman. Salah satu contohnya, tiba-tiba pelanggan hilang tanpa disadari akan merosot dari jumlah penjualan.

 

"Tantangan online membuat harga bersaing ketat, malah harganya tidak logis, jadi penguatannya branding," tutupnya.


Matraman Terbaru