• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Matraman

Kiai Fattah: Tradisi Kupatan di Trenggalek Ajang Perekat Silaturahim

Kiai Fattah: Tradisi Kupatan di Trenggalek Ajang Perekat Silaturahim
Tradisi Kupatan di Desa Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. (Foto: detik.com)
Tradisi Kupatan di Desa Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. (Foto: detik.com)

Trenggalek, NU Online Jatim

Tradisi kupatan atau tradisi ketupat di Desa Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek mengandung filosofi yang kental dalam syiar agama Islam. Di antaranya sebagai perekat silaturahim hingga sedekah ketupat dengan menjamu tamu.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan, KH Abdul Fattah Mu'in mengatakan, tradisi kupatan di Desa Durenan menjadi syiar Islam dan perekat silaturahim. Dalam pelaksanaannya, masyarakat juga tidak dibebankan tarikan dana yang memberatkan.

 

"Saya dengar dimana begitu dulu digunakan untuk menyewa Jaranan. Lah akhirnya minuman-minuman yang susah polisinya nanti keamanannya. Silahkan saja (arak-arakan), asalkan nanti tidak sampai merusak norma-norma agama," ujarnya saat ditemui dikediamannya, Sabtu (29/04/2023).

 

Kiai sepuh berusia 75 tahun ini mengaku senang dengan banyak tradisi kupatan di beberapa daerah sekitar Desa Durenan. Hal itu lantaran dakwah KH Abdul Masyir atau Mbah Mesir (kakeknya) bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat luas.

 

Pada mulanya, tradisi kupatan di Durenan berpusat di kompleks Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan atas prakarsa KH Abdul Masyir. Dalam perkembangannya kemudian merembet ke kediaman dzurriyah lainnya. Hingga saat ini pun semakin meluas ke desa tetangga sampai satu kecamatan di Trenggalek.

 

"Tidak tersinggung semua ikut-ikut. Saya malah berterima kasih, berarti perjuangan Mbah saya diterima di masyarakat. Sama sekali kami tidak pernah menganjurkan supaya masyarakat mengeluarkan dana," ungkapnya.

 

Secara terpisah, Ketua Panitia Arak-arakan Kupatan, Suwarno mengaku dalam setiap event tahunan ini pasti menjalin komunikasi dengan pihak pesantren (Pesantren Babul Ulum). Kelompok pemuda dan warga hanya sebagai penyemarak acara agar lebih meriah dalam mensyiarkan Islam.

 

Dengan begitu, dalam setiap pelaksanaan tradisi kupatan pihaknya berkomitmen arak-arakan ketupat diatur untuk menghindari hal-hal yang melanggar norma agama dan sosial.

 

"Alhamdulillah, kalau jaranan sesuai pesan kiai kita tidak pernah mengundangnya. Kalaupun ada hiburan campur sari itu sedikit dan tentu pakaiannya sopan," ungkap Warno.

 

Sebagai informasi, arak-arakan gunungan ketupat di Durenan Trenggalek berlangsung meriah. Ketupat sebelum diarak terlebih dahulu didoakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum, KH Abdul Fattah Mu'in. Gunungan ketupat lantas diarak beberapa kilometer dan finish di Lapangan Durenan.


Matraman Terbaru