• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Matraman

Mengenal Tradisi ‘Santri Naun’ di Pondok Tremas Pacitan

Mengenal Tradisi ‘Santri Naun’ di Pondok Tremas Pacitan
Potret Santri Naun yang sedang Ngaji Pasanan di Pondok Tremas, Pacitan. (Foto: NOJ/Dok. Tremas TV)
Potret Santri Naun yang sedang Ngaji Pasanan di Pondok Tremas, Pacitan. (Foto: NOJ/Dok. Tremas TV)

Pacitan, NU Online Jatim

Bulan Ramadhan adalah bulan yang dinantikan para santri. Pasalnya, momen ini menjadi kesempatan untuk bertemu orang tua dan keluarga di kampung halamannya.


Namun, ternyata tidak semua santri memutuskan pulang ke kampung halaman. Justru sebagian memilih bertahan di pondok seperti yang dilakukan santri di Perguruan Islam Pondok Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan. Mereka yang tak mudik disebut dengan ‘Santri Naun’.


“Naun adalah salah satu tradisi di Pondok Tremas yang bertujuan untuk ngalap berkah para guru. Santri biasanya melakukan tradisi ini dengan tidak pulang kampung selama 3 tahun, 3 bulan, 3 minggu, dan 3 hari,” ungkap Alex Maulana Arju, santri kelas 3 Madrasah Aliyah (MA) Tremas kepada NU Online Jatim, Ahad (02/04/2023).


Ia menjelaskan, peminat tradisi naun ini cukup banyak. Tradisi Naun ini juga dapat dimaknai sebagai bentuk tirakat. Tujuannya agar kegiatan belajar di pondok senantiasa lancar dan santri akan selalu fokus untuk mengaji.


“Alhamdulillah, untuk peminat tradisi Naun ini cukup banyak dan semakin bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun,” jelasnya.


Dirinya menyampaikan, selain santri Naun ada santri yang memilih pulang jelang Idul Fitri. Menurut Alex, santri tersebut mengikuti kegiatan ‘Ngaji pasanan’ dan mengkhatamkan kitab-kitab kuning klasik.


“Mereka disebut Santri Pasanan. Kalangan ini jumlahnya cukup besar. Bahkan banyak juga yang datang dari Pondok lain,” imbuhnya.


Dikutip dari Majalah Media Attarmasie tahun 2022, kisah yang melatarbelakangi tradisi Naun ini adalah ketika suatu hari mbah guru putri, Mbah Nyai Khodijah istri KH Dimyathi sedang melakukan tirakat puasa selama 3 tahun 3 bulan 3 minggu 3 hari.


Dari tirakat tersebut sempat mengalami hal yang sangat aneh yaitu saat mencuci beras untuk dimasak di sebuah sumur (sekarang terletak di tengah madrasah depan masjid) tiba-tiba beras tersebut berubah menjadi emas, mbah guru putri pun kaget seraya berdoa.


“Yaa…Allah, saya bertirakat bukanlah untuk mengharapkan emas atau harta benda dunia, akan tetapi saya memohon kepadaMu. Yaa…Allah, jadikanlah Tremas ini bagian dari masyarakat, jadikanlah keluarga kami termasuk ahlul ilmi dan jadikanlah santri-santri yang menuntut ilmu disini menjadi santri yang barokah,” seraya membuang emas tersebut ke dalam sumur. Wallahu a’lam.


Sesuai dengan perkembangan zaman, tradisi ini tetap ditiru oleh generasi selanjutnya meskipun dengan versi yang berbeda. Sekarang ini versi naun yang berlaku di kalangan santri Pondok Tremas ada 3, yakni tidak keluar dari kompleks pondok, tidak keluar dari wilayah Kabupaten Pacitan, dan tidak pulang ke rumah.


Matraman Terbaru