• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 17 April 2024

Matraman

Nyekar Agung, Bentuk MWCNU di Trenggalek Gali Ukhuwah

Nyekar Agung, Bentuk MWCNU di Trenggalek Gali Ukhuwah
Nyekar Agung atau Ziarah Bersama salah satu ranting di Kecamatan Munjungan. (Foto: NOJ/Dokumen Ranting)
Nyekar Agung atau Ziarah Bersama salah satu ranting di Kecamatan Munjungan. (Foto: NOJ/Dokumen Ranting)

Trenggalek, NU Online Jatim

Tradisi ziarah kubur di makam sebelum hari puasa di bulan Ramadlan sudah turun-temurun dilakukan. Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek mengemas dengan 'Nyekar Agung' atau Ziarah Bersama dan Megengan secara serentak.

 

Ketua MWCNU Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek, KH Abdul Latif menuturkan pelaksanaan ziarah kubur bersama ini selain mengirim doa kepada ahli kubur kerabat, sesepuh, yang membuka desa  sekaligus menggali nilai-nilai lain agar tersampaikan kepada masyarakat.

 

"Kita ingin agar ada nilai yang lain. Ada nilai ukhuwah disitu, kemudian ada nilai pembelajaran dan nilai ghiroh," kata KH Abdul Latif, Ahad (11/04/2021).

 

Hal tersebut berangkat dari anjuran Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur kemudian MWCNU menjabarkan instruksi tersebut melewati kesepakatan bersama. Dengan ziarah kubur mampu menunjukkan syiar islam kepada umat.

 

"Kita wujudkan anjuran PWNU Jawa Timur kemudian biar serentak dan nampak ada nilai syiarnya, kita adakan bersama-sama," ujarnya.

 

Selain itu, Gus Latif sapaan akrabnya mengungkapkan dalam ziarah kubur bersama bisa menjadi sarana dakwah, amalan apa yang dibaca, sampai fadhilah ziarah kubur. Dilanjutkan dengan sedekah bersama dengan membawa makanan.

 

"Megengan tetap dilaksanakan di masjid dan mushala masing-masing dengan disertai membawa ambeng (red, kenduri). Di makam tidak membawa sedekahan. Sedekahan diserahkan di masing-masing lingkungan," paparnya.

 

Ia mengatakan sebenarnya ziarah kubur ini sederhana, hanya saja dikemas berbeda. Karena sudah menjadi kebiasaan warga NU. Memang berangkat dari beberapa penemuan selama ini di makam hanya kerja bakti selesai.

 

"Saya melihat, di makam itu banyak warga yang kuburan itu hanya bersih-bersih lalu pulang. Hingga saya kesepakatan bersama teman-teman bagaimana kalau diadakan ziarah kubur ini bersama dan serentak. Memang ini ajaran, sunnah rasul dan ajaran NU," ungkapnya.

 

Kepada NU Online Jatim, ia mengungkapkan  MWCNU Munjungan memiliki 24 ranting, setiap ranting estimasi anggotanya 100 orang. Jika dikalikan dalam sehari melibatkan 2400 orang. Jumlah tersebut 10 persen jumlah penduduk Kecamatan Munjungan.

 

"Meski hanya 10 persen, setidaknya bisa mewarnai terhadap para jamaah, baik yang awam maupun secara keseluruhan," terangnya.

 

Kegiatan ini pertama kali dilaksanakan secara serentak. Terlihat kompak dan guyub rukun menjelang bulan suci Ramadhan. "Yang paling berkesan untuk tahun ini ada progam ziarah bersama membentuk suasana yang berbeda dari tahun-tahun lalu," bebernya.

 

Pihaknya berpesan bahwa kehadiran bulan suci ini adalah suatu hal yang sangat istimewa. Ibarat petani hari panen raya. Sehingga sangat tidak relevan ketika petani menghadapi panen raya malah susah.

 

Selanjutnya, terkait musim pandemi ini, ia mengimbau agar umat muslim tetap memenuhi protokol kesehatan. Bagaimanapun juga mencari kemaslahatan menjadi yang utama. Tidak mengejar kebaikan namun malah mudlarat yang didapatkan.

 

"Kedua bahwa memang ada bersamaan dengan musim pandemi ini kita sikapi kearifan lokal," pungkas kiai pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ulum Munjungan tersebut.

 

Editor: Risma Savhira


Matraman Terbaru