• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Matraman

Wagub Jatim: Tradisi Kupatan di Trenggalek Jadi Pondasi Kebersamaan

Wagub Jatim: Tradisi Kupatan di Trenggalek Jadi Pondasi Kebersamaan
Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak saat merayakan tradisi kupatan di Durenan, Trenggalek. (Foto: NOJ/ Madchan Jazuli)
Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak saat merayakan tradisi kupatan di Durenan, Trenggalek. (Foto: NOJ/ Madchan Jazuli)

Trenggalek, NU Online Jatim

Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak merayakan tradisi kupatan atau tradisi ketupat di Kabupaten Trenggalek. Ia mengungkapkan, tradisi kupatan pada H+8 lebaran di tanah kelahirannya itu sebagai pondasi kebersamaan.

 

Diketahui, Emil Dardak bertolak dari Surabaya ke Bumi Menak Sopal ditemani sang istri, Arumi Bachsin. Selepas bersilaturahim bersama keluarga, masyarakat sekitar dan tukang becak, lantas ia keliling ke Kecamatan Durenan. Salah satunya ke Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum, KH Abdul Fattah Mu'in, generasi ketiga penggagas tradisi kupatan di Durenan Trenggalek.

 

"Saya pikir ini (tradisi kupatan) adalah anugerah. Sebab ini menjadi sebuah pondasi kebersamaan dengan baik. Mudah-mudahan kultur ini terus dilestarikan," beber Emil Dardak selepas sowan ke KH Abdul Fattah Mu'in, Sabtu (29/04/2023).

 

Emil mengaku merasa senang bisa berjumpa dengan Kiai Fattah dalam keadaan sehat. Lantaran menurut Emil, Kiai Fattah merupakan sosok yang dituakan dari keluarga besar dzurriyah KH Abdul Masyir atau kerap disapa Mbah Mesir, penggagas tradisi kupatan.

 

Pria yang pernah menjabat Bupati Trenggalek ini menilai tradisi kupatan yang digelar di Durenan Trenggalek luar biasa. Namun, ia belum berkesempatan hadir secara langsung dalam beberapa tahun terakhir karena selalu bentrok dengan agenda kedinasan.

 

"Hari ini kami niati betul bersilaturahim memang. Alhamdulillah diterima, kepanggih (bertemu) dan mendapat nasihat yang luar biasa," terangnya.

 

Alumnus Doktor Ekonomi Pembangunan termuda di Jepang dari Ritsumeikan Asia Pacific University ini mendapat informasi sejak tahun ini diadakan pawai budaya malam. Termasuk juga didukung oleh Bupati Trenggalek Moch Arifin, sehingga Wagub Emil menyelipkan keinginan ke depan semakin meningkatkan semarak dari agenda ini.

 

"Terus terang saya ingatnya kupatan ya di Trenggalek, sebab saya lama di sini sebelumnya. Memang ada tradisi mirip-mirip di berbagai wilayah, mungkin dengan sejarahnya masing-masing," paparnya.

 

Perihal menariknya di Trenggalek, Emil mengungkapkan tidak akan bisa melupakan daerah yang menjadi bagian dari keluarga besarnya. Sehingga ia menyempatkan diri bersama keluarga kecil untuk bertandang ke Trenggalek.

 

"Trenggalek yang menarik itu ada tokoh-tokoh. Istilahnya sebagai daftar agenda wajib yang harus kita datangi, salah satunya bapak saya," tandasnya.

 

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum KH Abdul Fattah Mu'in menerangkan, ada yang menjadi pembeda dibandingkan daerah lain terkait tradisi kupatan di Durenan Trenggalek. Disebutkan, pelaksanaan kupatan di Durenan masyarakat yang berkunjung murni tujuannya untuk silaturrahim.

 

“Sedang di daerah lain karena hiburan, bila tidak ada hiburan tidak datang ke lokasi acara kupatan,” ucap Kiai Fattah.

 

Dirinya menambahkan, kupatan di daerah lain bahkan hanya bertujuan untuk memperoleh penghargaan tertentu, seperti Rekor Muri. Namun tradisi kupatan Durenan tidak, apapun keadaannya tiap tahun tujuannya bertandang dari rumah ke rumah untuk silaturrahmi.

 

"Istilahnya sowan kiai. Tapi kalau tidak dipuasai (puasa 6 hari Syawal) sebelumnya ya kurang nikmat. Karena orang sini umumnya puasa sebelum kepatan. Istilahnya, kupatan itu ngriyayani puasa 6 hari Syawal," tandasnya.


Matraman Terbaru