• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 17 April 2024

Metropolis

4 Program Prioritas Kiai Mutawakkil Pimpin MUI Jatim

4 Program Prioritas Kiai Mutawakkil Pimpin MUI Jatim
Ketua Umum MUI Jatim, KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah. (Foto: NOJ/IAe)
Ketua Umum MUI Jatim, KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah. (Foto: NOJ/IAe)

Surabaya, NU Online Jatim

Setelah melewati tahapan Musyawarah Daerah (Musda) selama dua hari (22-23/12/2020), akhirnya Majelis Ulama Indonesia atau MUI Jawa Timur memiliki nakhoda baru.

 

Pada tahapan terakhir Musda X Tahun 2020 yang digelar di Surabaya tersebut, KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah dipercaya rapat formatur untuk menjadi ketua umum. 

 

Mendapat amanah ini, Kiai Mutawakkil (sapaan akrabnya) menyampaikan bahwa dirinya bukan yang terbaik dari tokoh agama atau ulama yang ada di Jawa Timur.

 

“Saya (atas kepercayaan ini) harus jujur untuk mengatakan innalillahi wa innailaihi rajiun,” kata Kiai Mutawakkil, Rabu (23/12/2020).

 

Menjawab amanah yang diberikan, Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo tersebut akan menunaikan tanggung jawab hingga 5 tahun ke depan.

 

“Sesuai dengan namanya, Majelis Ulama Indonesia adalah wadah berkhidmatnya para ulama Indonesia dari berbagai macam latar belakang kepada agama melalui tiga komponen penting yaitu umat, bangsa, dan negara,” katanya saat sambutan.

 

 

Dalam pandangan Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim ini, setidaknya ada empat penguatan peran MUI yang akan dilakukan.

 

“(Pertama) adalah menjadi mitra pemerintah dalam mendukung pembangunan melalui instrumen keagamaan dan pemerintah,” ungkapnya di hadapan 13 anggota formatur.

 

Sedangkan penguatan kedua dan ketiga adalah memediasi masyarakat melalui pelayanan keumatan, serta menjadi rujukan pemerintah dan masyarakat melalui sejumlah keputusan keagamaan.

 

“(keempat) Menjaga harmoni keagamaan di tengah kebhinekaan di masyarakat,” terangnya.

 

Untuk dapat melakukan keempat peran di atas, menurut alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini, maka MUI harus berdamai dengan dirinya sendiri. Sehingga bisa menyelesaikan problem yang lebih besar baik untuk umat, bangsa, maupun negara.

 

“Agar dengan selesainya persoalan dengan diri sendiri, MUI Jatim bisa menyelesaikan persoalan umat baik secara umum maupun secara khusus,” terangnya. 

 

 

Lebih lanjut dikemukakan MUI adalah medan sekaligus sarana dakwah. Karena itu berlaku kaidah lil wasa'ith hukmul maqashid.

 

Dengan demikian, agar sukses, maka dakwah harus merangkul, bukan memukul, apalagi mencangkul. Harus mendidik, bukan menghardik, apalagi membidik. Harus membina, bukan mencerca, apalagi menghina.

 

“Itulah akhlak ulama,” tegasnya.

 

Dengan demikian, Kiai Mutawakkil memastikan dalam kepemimpinan lima tahun mendatang akan lebih menonjolkan akhlak tersebut.

 

“Kita harus mengedepankan akhlak ulama dalam melaksanakan tugas-tugas MUI ini,” pungkasnya.

 

 

Ada 13 formatur yang akhirnya secara aklamasi memilih Kiai Mutawakkil. Mereka adalah KH Abdusshomad Buchori selaku ketua umum demisioner, H Ainul Yaqin sebagai sekretaris demisioner, juga H Saifullah Yusuf sebagai dewan pertimbangan.

 

Perwakilan dari sejumlah zona yakni A Halil Thahir, KH Imam Rofi’i Ismail, KH Chamzawi, KH Imam Sa’duddin, dan KH Abdullah Syamsul Arifin.

 

Dari unsur NU adalah Akh Muzakki, H Thohir Luth (Muhammadiyah), HM Roziqi (DMI), HM Ridwan Nasir (kampus), serta KH Chalil Dahlan dari pesantren.

 

Sedangkan pendampung dari MUI Pusat hadir KH Asrorun Ni’am Sholeh selaku Ketua MUI dan H Fahrur Rozi sebagai Wakil Sekjen.


Editor:

Metropolis Terbaru