• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Metropolis

Alissa Wahid: Muslim Mindanao Filipina Rasakan Pembelaan Gus Dur

Alissa Wahid: Muslim Mindanao Filipina Rasakan Pembelaan Gus Dur
Alissa Qotrunnada Munawaroh atau Alissa Wahid. (Foto: NOJ/LKI)
Alissa Qotrunnada Munawaroh atau Alissa Wahid. (Foto: NOJ/LKI)

Sidoarjo, NU Online Jatim
Alissa Qotrunnada Munawaroh atau Alissa Wahid mengisahkan andil KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam membela muslim minoritas Mindanao, Filipina.
 

Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber webinar dengan tema ‘Meneladani Gus Dur Sang Guru Bangsa: ‘Toleransi dan Kebudayaan Cermin Dasar Kemanusiaan’. Kegiatan diselenggarakan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko, Kamis (06/01/2022) secara virtual.
 

Sebagai anak biologis sekaligus murid ideologis Gus Dur, Alissa menceitakan hari kelima setelah Gus Dur wafat. Moro Islamic Liberation Front (MILF) dari Mindanao, Filipina  datang ke makam Gus Dur dan menancapkan bendera MILF.
 

“Kenpa bisa demikian? Karena muslim di Mindanao betul-betul merasakan pembelaan Gus Dur kepada mereka,” kata Ketua Jaringan Gus Durian itu. 
 

Saat itu moderator acara mengenalkan bahwa Alissa adalah putri KH Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Republik Indonesia (RI). Mendengar ini, seorang mufti dari Mindanao mengangkat tangan dan mengatakan sambil meneteskan air mata.
 

“Saya tidak punya kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan Gus Dur, tetapi saya tahu persis kami ini menikmati situasi yang lebih baik. Boleh membangun masjid, sekolah Islam, perkumpulan umat Islam berkat Gus Dur. Jadi bagi kami Gus Dur sangat besar jasanya,” kata Alisa Wahid menirukan pesan mufti tersebut.
 

Alissa kemudian menyebutkan bahwa memang Gus Dur sangat serius untuk mendampingi muslim di Midanao. Dulunya muslim di daerah ini dianggap sebagi pemberontak yang mengakibatkan dilarangnya pembuatan masjid, sekolah, perkumpulan umat Islam dan sebagainya. Gus Dur melakukan diplomasi dengan gereja Katolik di Filipina sekaligus pemerintah negara tersebut.
 

“Nah dari situ terjadi perubahan yang dianggap sebagai buah perjuangan Gus Dur. Dan kita tahu saat ini Mindanao menjadi daerah spesial atau otonomi khusus,” terangnya.
 

Bagi Alissa, haul Gus Dur nilainya sangat besar, bahkan melebihi gelar pahlawan nasional yang masih diperdebatkan. Menurutnya, gelar itu tidak bisa dibawa akhirat.
 

“Tetapi doa dari masyarakat khususnya Nahdliyin akan menjadi persaksian di akhirat,” pungkasnya. 


Editor:

Metropolis Terbaru