Surabaya, NU Online Jatim
Bulan suci Ramadlan umat Islam diwajibkan untuk berpuasa bagi yang tidak mempunyai halangan. Setelah seharian berpuasa orang-orang diperbolehkan berbuka ketika memasuki waktu Maghrib.
Pada malam harinya setelah shalat Isya, ibadah yang sudah lumrah saat Ramadlan adalah tarawih yang dilakukan secara berjamaah. Selain itu, setelah tarawih para jamaah akan melakukan tadarus baik di tempat ibadah masjid mushala atau pun di rumah masing-masing.
NU Online Jatim menemui salah satu kebiasaan santri di salah satu pesantren Surabaya yang melakukan tadarus yang menurut penulis terbilang unik. Pasalnya setelah tarawih kegiatannya adalah ngaji kitab selama kurang lebih satu jam setelah itu santri bisa tadarusan secara terpisah di kampung-kampung sekitar.
“Dulu santri harus tadarus di pondok semua. Namun akhir-akhir ini dibebaskan untuk tadarus di kampung-kampung tujuan utamanya agar mereka belajar berdakwah dan memasyarakat kan al-Qur’an,” jelas Muhammad Mustain ketua Pondok Pesantren Tahfidul Qur’an (PPTQ) Sunan Giri Surabaya
Dikatakannya, santri pun juga senang bisa tadarusan di kampung-kampung karena bisa belajar praktek ngaji di tengah-tengah masyarakat.
“Santri yang tadarus secara keliling ke kampung-kampung mendapatkan respons positif dari masyarakat. Mereka merasa senang bahkan di sediakan makanan yang bermacam-macam untuk para santri,” kata Ustadz Mustain sapaan akrabnya pada Ahad (25/04/2021.
Ustad Mustain menambahkan sebelum keluar pondok untuk tadarus di kampung-kampung santri tetap diwajibkan tarawih dan ngaji kitab setelahnya sekitar satu jam.
“Tadarusan tetap di batasi sampai jam 24.00 WIB agar bisa istirahat sebelum melanjutkan kegiatan tahajud bersama pada jam 02.00 dini harinya. Semoga para santri bisa terus istikamag dalam kebaikan sehingga nantinya bisa menjadi penerus perjuangan untuk agama, nusa dan bangsa,” pungkasnya.
Editor: Risma Savhira