Surabaya, NU Online Jatim
Perkembangan teknologi membuat banyak orang melakukan komunikasi dengan beragam Media Sosial atau medsos. Dalam melakukan interaksi di ruang digital itu, tak jarang sebagian orang mengabaikan aspek etika dan sopan santun.
Merespons fenomena ini, dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Ariza Qurrata A’yun menegaskan, bahwa mempunyai etika baik dalam bermedia sosial sangat penting.
“Saya kira lebih bijak menggunakan bahasa dalam berbagai aspek kehidupan itu cukup penting,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Ahad (05/05/2024).
Ia mengatakan, etika mengandung prinsip-prinsip moral yang mempunyai nilai bukan hanya dilakukan saat bersinggungan dengan masyarakat saja, namun dalam bermedsos juga perlu memperhatikan etika dalam konteks bahasa yang baik.
Baca Juga
6 Tips Etika Bermedia Sosial dalam Islam
“Media sosial merupakan anonim yang belum jelas siapa identitas lawan bicara kita. Seseorang haruslah mempunyai etika yang baik dengan menggunakan bahasa yang tepat atas tanggapan orang lain, dan meresponsnya pun dengan jawaban yang tepat sasaran. Ini penting, lebih-lebih untuk menjaga perasaan orang lain,” ucapnya.
Dirinya menyampaikan, meskipun terkadang ada saja orang yang tidak memiliki etika dalam bermedsos karena banyaknya orang yang mempunyai akun ganda, sebagai orang yang tahu, tentu sesekali harus ditegur. Hal ini supaya mereka lebih bijak dalam memilih bahasa yang baik.
“Sebagai masyarakat yang cerdas, seharusnya sudah tahu etika yang baik itu yang bagaimana. Dan ketika menjumpai netizen yang etikanya kurang baik, tentu hendaknya untuk mengingatkan sebagai orang yang tahu,” tegasnya.
"Etika komunikasi seseorang dalam bermedia sosial akan menunjukkan cerminan dari kualitas diri seseorang," imbuh Ariza.
Sementara dosen Fakultas Syariah dan Hukum UINSA, Holilur Rohman menekankan agar lebih berhati-hati dalam menerima informasi yang ada di media sosial. Sebab, terkadang di media sosial juga ada beragam informasi hoaks atau minimal tidak diketahui kebenarannya.
“Tentunya harus lebih hati-hati, jangan sampai informasi yang belum jelas kebenarannya itu diterima, klarifikasi dulu. Istilahnya saring sebelum sharing,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan jika informasi di media sosial itu diakui kebenarannya dan ia memang punya kapabilitas dalam hal itu, maka sebaiknya dishare sebagai bentuk dakwah di medsos.
“Kalau memang informasi yang ada di media sosial itu bermanfaat, baik dari diri sendiri maupun orang lain, membagikannya kepada orang merupakan hal baik,” tandasnya.
Penulis: Moch Rizqi Bagus Kurniawan
Terpopuler
1
GP Ansor Sidoarjo Dorong Urban Farming dan Kerja Sama Energi untuk Ketahanan Pangan
2
Tangis Haru Warnai Keberangkatan 1193 CJH Kota Malang 2025
3
1000 Hari Wafatnya Kiai Nashir, Sosok Ulama yang Berpegang Teguh dengan Agama
4
Rektor UIJ Tekankan Pentingnya Akhlaq Mulia dan Budaya Menulis bagi Sarjana
5
Komitmen Kopri PMII Jatim Jadikan Organisasi Perempuan Berbasis Data
6
Tolak Nikah Dini, LKKNU Sumenep Edukasi Siswa Lewat Program Inspiratif
Terkini
Lihat Semua