• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Metropolis

Fatwa Resolusi Jihad, Penanda Tekad Para Ulama yang Cinta Bangsa

Fatwa Resolusi Jihad, Penanda Tekad Para Ulama yang Cinta Bangsa
KH Yahya Cholil Tsaquf saat berpidato. (Foto: NOJ/YT)
KH Yahya Cholil Tsaquf saat berpidato. (Foto: NOJ/YT)

Surabaya, NU Online Jatim
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Apel Hari Santri Nasional 2022 secara serentak yang diikuti oleh pengurus wilayah, cabang, dan pengurus cabang internasional. Sabtu (22/10/2022). Apel Nasional yang dipusatkan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini juga digelar secara hybrid dengan dipimpin oleh sejumlah gubernur dan bupati di daerah masing-masing.

 

KH Yahya Cholil Tsaquf, Ketua PBNU dalam pidatonya mengatakan bahwa fatwa resolusi jihad perlu ditahbiskan sebagai tonggak sejarah yang tidak hanya bermakna heroik dalam konteks kemerdekaan Republik Indonesia, tapi juga sebagai penanda paling Iugas dari tekad para ulama sebagai rakyat Indonesia yang mencintai bangsanya, untuk membangun peradaban baru dengan menetapkan berdirinya Republik Indonesia sebagai Negara-Bangsa.

 

"Jihad fi Sabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan melawan pasukan kolonial inilah yang menjadi esensi Fatwa Resolusi Jihad. Kala itu, para kiai dan pesantrennya memimpin banyak perjuangan bagi kemerdekaan bangsa untuk mengusir para penjajah. Sehingga, bisa disimpulkan Resolusi Jihad merupakan bagian dari cikal bakal berkobarnya semangat para pahlawan untuk berjuang meraih kemerdekaan hingga akhirnya tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan," katanya.

 

Oleh karena itu, Gus Yahya mengungkapkan jika Hari Santri adalah peringatan jasa dan keteladanan para pahlawan secara umum, yakni sebagai momentum mengenang kepahlawanan segenap bangsa Indonesia, bukan hanya satu kelompok tertentu saja.

 

"Hari Santri harus benar-benar dipahami, dihayati, dan ditegakkan sebagai harinya seluruh bangsa Indonesia tanpa terkecuali, untuk mensyukuri Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa yang telah mengaruniakan kepada bangsa ini generasi pahlawan paripurna yang berhasil menyempurnakan kelahiran bangsa Indonesia sebagai bangsa Merdeka," ungkapnya.

 

Kendati demikian, Hari Santri tidak boleh dijadikan alasan oleh kelompok mana pun pada generasi saat ini untuk menuntut balas jasa, tidak oleh Nahdlatul Ulama ataupun pesantren.

 

"Yang berjasa mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia bukan generasi masa kini, bukan kita, melainkan para pahlawan agung dari Generasi 1945 lalu," terangnya.

 

Maka dari itu, tugas generasi saat ini, meski tidak turut serta berjuang bertaruh nyawa untuk negara dan bangsa Indonesia, namun bisa mensyukuri kemerdekaan dan mengenang jasa para pahlawan dengan membulatkan tekad untuk meneladani perjuangan mereka, sesuai momentum yang dihadapi.

 

"Perlu pula meneladani semangat cinta tanah air dengan terus memupuk rasa nasionalisme. Hal ini dapat dilakukan dengan senantiasa mencintai Tanah Air Indonesia, bangga akan bangsa sendiri tanpa maksud berpikiran chauvinistik dan menjaga eksistensi bangsa Indonesia secara bersama-sama tanpa terkecoh dengan politik identitas yang bisa saja merongrong rasa patriotisme generasi bangsa," pungkasnya.


Metropolis Terbaru