• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 18 April 2024

Metropolis

1 ABAD NU

Fiqih Peradaban Punya Basis Perdamaian dan Harmoni Global

Fiqih Peradaban Punya Basis Perdamaian dan Harmoni Global
KH Faqihuddin Abdul Kodir di sela acara Muktamar Internasional Fiqih Peradaban 1 di Hotel Shangri-La, Surabaya, Senin (06/02/2023). (Foto: NOJ/ A Habiburrahman
KH Faqihuddin Abdul Kodir di sela acara Muktamar Internasional Fiqih Peradaban 1 di Hotel Shangri-La, Surabaya, Senin (06/02/2023). (Foto: NOJ/ A Habiburrahman

Surabaya, NU Online Jatim

KH Faqihuddin Abdul Kodir menyebutkan bahwa fiqih peradaban memiliki basis yang kuat menuju perdamaian dan harmoni global. Sebab itu, agenda untuk mengumpulkan dan berkumpul bersama ulama Indonesia dan dunia dalam rangka melihat kembali arah peradaban manusia sebagaimana kegiatan ini cukup penting.


Penegasan tersebut disampaikan Kang Faqih, sapaan akrabnya, disela agenda Muktamar Internasional Fiqih Peradaban 1, Senin (06/02/2023). Kegiatan yang menghadirkan 15 pembicara ini dipusatkan di Hotel Shangri-La Surabaya.


Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PBNU ini menyebutkan, istilah fiqih peradaban itu menunjukkan bahwa betapa pentingnya untuk memperhatikan isu dan kebutuhan kemanusiaan secara umum.


“Penggunaan istilah itu lebih membumi karena fiqih adalah tradisi yang sudah berkembang cukup lama di lembaga pendidikan Islam, termasuk di dunia pesantren,” ujarnya


“Sebagian kan menggunakan istilah Islam. Kalau istilah islam kan terlalu umum, sehingga tidak memiliki basis intelektual karena keumuman tersebut, sebab di dalamnya bisa memuat Al-Qur’an, hadits, filsafat, dan lainnya,” imbuhnya.


Dengan demikian, selanjutnya dapat dibangun lebih banyak dan besar lagi untuk memberikan perhatian kepada isu-isu kemanusiaan, misalnya hak asasi, orang-orang yang tidak memperoleh banyak hak seperti difabel, atau isu kelestarian lingkungan.


“Isu itu akan mudah dibicarakan ketika kita sudah memiliki basis perdamaian dan harmoni global,” kata penulis buku ‘Perempuan bukan Sumber Fitnah’ ini.


Disebutkan, ketika basis fiqih adalah perdamaian dan harmoni, maka fiqih dengan sendirinya akan menunjukkan ruang-ruang perdamaian, bukan peperangan sebagaimana yang diasumsikan kelompok lain fiqih banyak jihadnya.


Ia menambahkan, bahwa perdamaian itu untuk semua komponen, baik internal antar Muslim dengan berbagai macam madzhab yang dianut, maupun dengan orang lain yang beda agama. Bahkan, sekaligus pula dengan yang tidak beragama, karena basisnya adalah perdamaian.


“Dengan berdamai kita bisa beragama, dengan berdamai kita bisa beribadah, haji, shalat, dan lainnya. Kalau dengan perang kita gak bisa apa-apa,” tegasnya.


Alumni Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun, Cirebon ini mengatakan, dengan fiqih peradaban akan membuka kesadaran dunia bahwa tradisi NU sesungguhnya memiliki modal perdamaian dan harmoni. Sehingga akhirnya bisa mengajak banyak komponen untuk melakukan gerakan bersama.


“Semoga PBNU atau NU secara umum bisa memanggil berbagai komponen, baik diaspora NU di berbagai negara ataupun umat Islam lain melalui berbagai lembaga-lembaganya. Seperti Al-Azhar, Liga Muslim Dunia, dan lainnya,” tuturnya.


Pihaknya menyampaikan, dengan kegiatan ini PBNU, dalam konteks ini NU secara lebih besar, sedang mengingatkan kepada seluruh dunia bahwa perang akan menghancurkan semua. Pesan pengingat ini juga tertuju kepada dunia pertama, seperti Amerika Serikat ataupun Rusia.


“Karena kalau perang itu tidak ada yang menang dan kalah, semuanya kalah. Kalaupun menang juga banyak yang meninggal, banyak yang hancur, dan untuk membangunnya lagi tidak mudah,” tandasnya.


Metropolis Terbaru