• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Metropolis

Hari Santri 2023

Gus Mus Minta Santri Jaga Semangat Kebangsaan

Gus Mus Minta Santri Jaga Semangat Kebangsaan
KH. Mustofa Bisri. (Foto: NOJ/Diana Putri).
KH. Mustofa Bisri. (Foto: NOJ/Diana Putri).

Pasuruan, NU Online Jatim

KH Ahmad Mustofa Bisri yang lebih populer dengan Gus Mus menyampaikan bahwa santri dan budaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan yang semakin berkembang mengharuskan santri adaptif, namun tetap tidak mengenyampingkan nilai-nilai syari’at yang telah diatur.

 

Gus Mus mencontohkan pelarangan penggunaan celana dan dasi saat zaman penjajahan. Namun, aturan tersebut di zaman sekarang sudah tidak relevan untuk digunakan kembali.

 

“Dulu santri saat melawan Belanda mengharamkan celana, dasi, dan semacamnya. Tapi, santri zaman sekarang sudah pakai dasi, celana, dan lain-lain,” terang Gus Mus pada NU Online Jatim, Sabtu (14/10/2023) saat acara Festival Kebudayaan dalam rangka menyambut Hari Santri tahun 2023.

 

Gus Mus mengungkapkan bahwa perilaku adaptif bertujuan agar santri tidak tergilas oleh kemajuan serta perubahan zaman yang sangat dinamis. Sebab prinsip yang harus tertanan dalam diri seorang santri adalah almuhafdzotu ,ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil aslah yakni memelihara yang lama dan mengambil yang baru yang lebih baik.

 

“Jadi tidak statis dari dulu sampai sekarang. Harus mengikuti perubahan zaman, karena kalau tidak akan tergilas oleh zaman,” imbuhnya.

 

Lantas, Gus Mus juga berpesan agar para santri dapat semakin menghayati perannya. Semangat kebangsaan harus sama porsinya dengan identitas keagamaan yang disandang.

 

“Bukan hanya menyadari keagamaannya, namun juga kebangsaannya. Sekali tarikan napas, mereka Islam, mereka Indonesia. Orang Indonesia yang beragama Islam bukan orang Islam yang kebetulan berada di Indonesia, itu lain karena santri bukan turis,” pungkas pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Rembang itu.


Metropolis Terbaru