• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

Gus Reza: Letakkan Sosial Media pada Tempatnya

Gus Reza: Letakkan Sosial Media pada Tempatnya
KH Reza Ahmad Zahid, Wakil Ketua PWNU Jatim. (Foto: NU Online).
KH Reza Ahmad Zahid, Wakil Ketua PWNU Jatim. (Foto: NU Online).

Surabaya, NU Online Jatim

Memasuki era digital yang serba media sosial, santri harus melakukan adaptasi supaya tidak tergerus peradaban. Untuk itu, KH Reza Ahmad Zahid, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur juga mengingatkan para santri untuk menempatkan media social pada tempatnya.

 

Menurut Gus Reza, media sosial itu tergantung penggunanya. Karenanya, jangan sampai  salah arah atau langkah karena tidak memiliki skill (keahlian) dalam mengoperasikan.  

 

"Semua perangkat digital diibaratkan seperti pisau tajam. Ketika pisau tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik maka hasilnya akan bagus. Karenannya, letakan sosial media pada tempat sebenarnya sebagai media," katanya dalam diskusi bertema Santri Salaf di Era Digital di kanal YouTube Santri Gayeng, Senin (11/10/2021).

 

Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri tersebut juga mengungkapkan kelebihan ruang digital yang harus dimanfaatkan oleh para santri.  

 

"Sekarang ini santri bisa memanfaatkan dan menggunakan teknologi digital. Misalnya, dengan alat tersebut bisa menemukan kitab ulama salaf ratusan tahun lalu dengan mudah di Maktabah Syamilah," ungkapnya.

 

Dalam kesempatan itu, Gus Lutfillah Aufa Mudir Pondok Pesantren Al Anfal, Sarang, Rembang, menyebut bahwa fiqih mampu menjawab persoalan digital. Hal ini dibuktikan dalam forum-forum bathsul masail yang digelar selama ini.  

 

"Misalnya persoalan jual beli online, cctv soal perzinahan, USG. Fiqih mampu menjawab semua itu," ungkap Gus Lutfi.  

 

Baginya, pembuktian itu menunjukkan bahwa santri tidak antidigital. "Justru digital sebuah media yang bisa membantu santri namun tidak bisa menggantikan keilmuan pesantren. Penting bagi santri untuk mengisi konten di era digital," jelasnya.

 

Sementara itu, Direktur Of Education Al-Shighor Foundation, Romzi Ahmad menyatakan, para santri perlu menyadari adanya pertukaran budaya di era digital yang salah satu produknya adalah nilai-nilai universal. Pasalnya, nilai universal jauh lebih bisa diterima daripada literasi keagamaan. 

 

Menurutnya, tugas literasi keagamaan harus menjadi otoritas tertinggi dalam diskursus sosial masyarakat Indonesia tanpa terdegradasi oleh value universal.  Ia berharap para santri mampu memaksimalkan ruang digital untuk meningkatkan komunikasi publik.

 

 

"Saat santri hadir di ruang digital, pastikan semua aktivitas yang dilakukan di dalamnya bermanfaat serta bisa memaksimalkan komunikasi untuk meningkatkan kualitas interaksi sosial dengan masyarakat," ujarnya.


Editor:

Metropolis Terbaru