• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 1 Mei 2024

Metropolis

KH Agoes Ali Masyhuri Sebut KH Ali Mas’ud adalah Wali Wahbi

KH Agoes Ali Masyhuri Sebut KH Ali Mas’ud adalah Wali Wahbi
KH Agoes Ali Masyhuri. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)
KH Agoes Ali Masyhuri. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Agoes Ali Masyhuri mengatakan, KH Ali Mas’ud bin KH Sadi Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo merupakan sosok wali wahbi dan bukan wali kasbi. Hal tersebut ia katakan saat mengisi pengajian umum haul ke-45 KH Ali Mas’ud pada Kamis (08/02/2024) di area Makam KH Ali Mas’ud.

 

“Jadi Kiai Ali Mas’ud itu wali wahbi, bukan wali kasbi. Wali yang dicetak Allah langsung untuk menjadi wali tanpa perlu tirakat,” katanya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat itu menuturkan KH Ali Mas’ud sosok yang sangat alim karena sudah dicetak Allah menjadi alim.

 

“Saya mencari wali yang setara dengan KH Ali Mas’ud tidak menemukan. Ada tapi di Yordania sana,” terangnya.

 

Kiai Ali Masyhuri mengutip perkataan Sufyan bin ‘Uyainah atau Ibnu Uyainah yang merupakan guru Imam Ahmad bin Hambal dalam bidang hadist yang menyebutkan saat menyebut nama-nama orang shaleh maka saat itu juga turunlah rahmat. 

 

Ungkapan ini kemudian diperkuat oleh Hujjahtul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali yang menjelaskan maksud turunnya rahmat adalah bukan rahmatnya yang turun akan tetapi sifat rahmatnya yang turun.

 

“Awalnya rahmat melaksanakan kebajikan, awal melaksanakan kebajikan adalah mencintai orang shaleh,” ujarnya.   

 

Dijelaskan tabi’in yang terkenal yaitu Ibnu Sirrin bahwa sesungguhnya ilmu sanad adalah bagian dari agama. Maka penting untuk melihat dari mana seseorang mengambil ilmu agama. Jika ilmu sanadnya sudah jelas sambung ke Rasulullah maka ilmu itu akan manfaat dan barakah.

 

“Di Indonesia ada dua ulama yang mampu mewariskan sanad, yakni Mbah Kholil Bangkalan dan Mbah Sholeh Darat semarang,” tuturnya.

 

Kedua ulama besar ini belajar ke Mekkah bersama pada tahun 1859. Sebelumnya pada tahun 1950, ada dua ulama Indonesia yang menyampaikan pidato ilmiah di Universitas Al Azhar Mesir. Pertama KH Abdul Manan Tremas Pacitan yang merupakan kakek dari Syaikh Mahfudz Tremas . Kedua Syaikh Nawawi al Bantani.

 

“Ketika Mbah kholil pulang dari Mekkah punya tugas khusus untuk menyampaikan pesan dari Rasulullah ke Mbah Khozin Buduran. Ini memperlihatkan tingginya maqom Mbah Khozin,” tandasnya. 


Metropolis Terbaru