• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Metropolis

Ulama Besar Mesir Isi Dauroh Ilmiah di Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo

Ulama Besar Mesir Isi Dauroh Ilmiah di Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo
Syaikh Yusri Rusydi di Ponpes Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)
Syaikh Yusri Rusydi di Ponpes Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Pondok Pesantren (Ponpes) Progresif Bumi Shalawat Tulangan, Sidoarjo yang diasuh oleh Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), KH Agoes Ali Mashuri menggelar Dauroh Ilmiah bersama Syaikh Yusri Rusydi yang merupakan ulama besar dari Universitas Al Azhar Mesir. Kegiatan ini dipusatkan di masjid pesantren Jum’at (10/03/2023) yang merupakan rangkaian acara haul dan Hari Lahir (Harlah) pesantren setempat.


Syaikh Yusri pada kesempatan ini menguraikan isi Kitab Tajul ‘Arus yang merupakan karya Ibnu ‘Athailah As-Sakandari. “Beliau sudah sangat mashur, kitab-kitabnya terutama Al-Hikam banyak dikaji di Indonesia. Kelebihan beliau adalah mengeluarkan hikmah-hikmah tentang dzauq dan syariat,” ujarnya.


Ulama besar pada tahun 1978 ini mengatakan, Ibnu ‘Athailah hidup sezaman dengan Ibnu Taimiyah. Sehingga karya dua ulama ini dapat dibandingkan, dimana karya Ibnu ‘Athailah banyak memberi pendidikan ruhani kepada masyarakat sehingga kehidupan menjadi tentram.


“Sadangkan karya Ibnu Taimiyah justru banyak menimbulakan pertikaian. Bahkan antara karya tulisnya yang satu dan yang lainnya terdapat saling tumpang tindih,” jelasnya.


Dilihat dari segi umur, Ibnu ‘Athailah tergolong wafat dalam usia muda sekitar 58 atau 60 tahun. Disebutkan, Ibnu ‘Athailah diberi oleh Allah barokah umur seperti Imam Syafi’I dan Imam Nawawi yang baru berisa 40 tahun wafat, akan tetapi karyanya sangat luar biasa. Ibnu ‘Athailah mempunyai banyak karya, yang paling populer dan sering dikaji adalah kitab Al-Hikam.


“Seaindainya Ibnu ‘Athailah tidak menulis kitab selain Al-Hikam, niscaya Al-Hikam ini sudah mampu mewakili kitab-kitab beliau yang lain,” terang alumni S-1 di Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Kairo ini.


Namun pada acara ini, Syaikh Yusri akan mengkhatamkan kitab Ibnu ‘Athailah yang berjudul Tajul ‘Arus dalam enam sesi. Karena kitab tersebut memiliki bahasa yang lembut dan mudah dipahami. Sehingga tidak memerlukan penjelasan yang panjang seperti kitab Al-Hikam. Syaikh Yusri lantas menjelaskan perbedaan antara syariat dan hakikat.


“Syariat secara sederhana diartikan sebagai hukum agama Islam yang amali. Sedangkan hakikat diartikan sebagai qadarullah,” tandasnya. 


Metropolis Terbaru