Refleksi Harlah ke-75 Fatayat NU: Ruang Tumbuh Perempuan Muda Nahdliyin
Kamis, 24 April 2025 | 15:00 WIB
Ika Nur Fitriani
Kontributor
Surabaya, NU Online Jatim
Memasuki usia ke-75 tahun, Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) terus meneguhkan diri sebagai ruang perjuangan, pembelajaran, dan pengabdian bagi perempuan muda Nahdliyin. Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Timur, Siti Maulidah, menyampaikan refleksinya atas perjalanan panjang organisasi ini. Menurutnya, Fatayat NU telah menorehkan jejak luar biasa dalam memperkuat peran perempuan muda di tengah dinamika zaman.
"Fatayat bukan hanya tempat berhimpun, tetapi laksana sekolah kehidupan yang telah mencetak ribuan perempuan tangguh. Mereka aktif tak hanya di ruang domestik, tetapi juga di ruang publik sebagai pemimpin, pendidik, pendakwah, pengusaha, politisi, hingga penggerak sosial," tuturnya.
Siti Maulidah menyebut bahwa Harlah ke-75 ini menjadi momentum penting untuk melakukan refleksi. Ia mengajak seluruh kader untuk merenungi makna kehadiran Fatayat dalam hidup mereka, perubahan yang telah dirasakan, serta warisan perjuangan yang harus diteruskan.
Mengangkat tema "Organisasi Digdaya: Perempuan Berdaya dan Berkarya", Fatayat NU ingin menegaskan komitmennya sebagai organisasi yang kuat dan mampu menjawab tantangan zaman.
"Digdaya mengandung arti kuat dan berwibawa, sementara perempuan berdaya dan berkarya mencerminkan semangat pemberdayaan yang dilakukan Fatayat NU secara ekonomi, sosial, politik, dan spiritual," jelasnya.
Selama berkiprah, Fatayat NU menunjukkan komitmen kuat dalam pemberdayaan perempuan, mulai dari tingkat pusat hingga ke ranting di desa-desa. Program-program seperti pelatihan keterampilan, penguatan ekonomi, dan pelestarian tradisi berbasis komunitas menjadi bagian dari langkah konkret yang terus dijalankan.
Selain itu, Fatayat NU juga aktif mengadvokasi isu perempuan dan anak melalui LKP3A Fatayat NU, termasuk perlindungan dari kekerasan, pencegahan pernikahan anak, dan kampanye kesetaraan yang moderat dan humanis. Kolaborasi multisektoral dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, NGO, dan lembaga internasional, turut memperkuat peran strategis organisasi ini dalam bidang kesehatan, pengentasan kemiskinan, dan perdamaian.
Selanjutnya, dalam konteks sosial saat ini, Siti Maulidah menyebut masifnya gerakan digital sebagai tantangan tersendiri. Untuk itu, Fatayat NU menyusun strategi penguatan literasi digital berbasis Aswaja, membentuk tim konten kreatif di berbagai tingkatan, serta mendorong digitalisasi program dan dokumentasi gerakan melalui pusat data yang efektif.
“Sehingga Fatayat juga giat menyuarakan kampanye sosial di media digital tentang isu-isu keadilan gender, perdamaian, dan perubahan iklim” ungkap Maulida.
Momentum Harlah ke-75, PW Fatayat NU Jatim merancang program-program unggulan yang menghidupkan kembali nilai dan sejarah perjuangan, seperti ziarah, mujahadah, dan gerakan aksi nyata untuk masyarakat.
"Kami ingin menjadikan momentum ini sebagai ruang konsolidasi dan penguatan gerakan secara berkelanjutan," ujarnya.
Siti Maulidah juga menyampaikan harapannya kepada generasi muda Fatayat agar terus menjadi pelopor perubahan.
"Banyak kader yang awalnya pemalu, tapi setelah diberi ruang dan kepercayaan, mereka tumbuh menjadi pemimpin di desa bahkan tokoh perempuan yang disegani," ungkapnya.
Maulida menggambarkan usia ke-75 Fatayat NU dengan Ruang Tumbuh. "Fatayat adalah bukti bahwa kekuatan perempuan menjadi salah satu kunci perubahan, dari akar rumput hingga forum dunia," pungkasnya.
Terpopuler
1
PCNU Nganjuk Apresiasi 7 Kader Lolos Beasiswa Keagamaan PWNU Jatim
2
Paradoks Palestina: Dukungan Muslim yang Pincang
3
Resmi Dilantik, Fatayat NU Magetan Miliki Program Unggulan Mahabah
4
Tidak Menghadiri Undangan Pernikahan Sebab Tak Punya Uang, Bolehkah?
5
Peduli Lingkungan, MWCNU dan Banser di Bangkalan Bersih-bersih Pelabuhan
6
Kedung Cinet, Merasakan Eksotisme Miniatur Grand Canyon di Jombang
Terkini
Lihat Semua