• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 23 Juni 2024

Metropolis

Respons Lora Ismail Al Kholilie soal Bahasa Suryani ala Mama Gufron

Respons Lora Ismail Al Kholilie soal Bahasa Suryani ala Mama Gufron
Mama Gufron Al-Bantani. (Foto: NOJ/ Istimewa)
Mama Gufron Al-Bantani. (Foto: NOJ/ Istimewa)

Surabaya, NU Online Jatim

Jagat maya diramaikan dengan penyampaian Mama Gufron Al-Bantani menggunakan bahasa Suryani yang viral di media sosial. Hal ini pun memantik respons sejumlah pihak, termasuk Lora Muhammad Ismail Al-Kholilie, salah satu dzuriyah Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan.

 

Lora Ismail mengawali penjelasannya dengan meminta sejumlah pihak agar menilai secara objektif atas hal-hal yang disampaikan oleh Mama Ghufron.

 

“Sebelumnya meskipun Mama Gufron ada di kubu Kiai Imaduddin, kita tetap harus bisa menilai secara objektif, kita harus mendahulukan sikap husnudzon dan asas tidak bersalah,” ujarnya dalam unggahan di akun Instagram pribadi @ismaelalkholilie, dikutip pada Kamis (13/06/2024).

 

Ia menyebutkan, bahasa Suryani menurut sebagian ulama merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh para auliya. Dirinya pun mengutip komentar dari Siidi Abdul Aziz Al-Dabbagh di dalam kitab Al-Ibriz.

 

إن اللغة السريانية هى لغة الأرواح وبها يتخاطب

الأولياء من أهل الديوان فيما بينهم لاختصارها وحملها المعانى الكثيرة

التى لا يمكن أداؤها بمثل ألفاظها فى لغة أخرى

 

“Sesungguhnya Bahasa Suryani adalah Bahasa Arwah, dengannya para awliya’ saling bercengkrama antara mereka, karena lafadznya yang singkat dan kandungan maknanya yang sangat banyak yang tak mungkin diungkapkan dengan lafadz-lafadz dalam bahasa lain”.

 

Ia mengatakan, Syaikh Muhammad Zaki Ibrohim berkomentar, bahwa bahasa Suryani yang ada dalam kitab-kitab mengandung banyak sekali teka-teki hingga tidak boleh diucapkan –oleh dan kepada– sembarangan orang.

 

Untuk itu, ia pun meyakini bahwa tidak boleh mengamalkan lafadz-lafadz semacam ini (bahasa Suryani) kecuali dalam dua keadaan yang menuntut. Pertama, ketika mengatahui lafadz dan maknanya sesuai, sehingga terkonfirmasi bahwa di situ tidak ada makna kesyirikian atau kekufuran, atau nama-nama Jin dan mantra-mantra sihir.

 

Kedua, membacanya hanya untuk mendapat barokahnya saja (andai disepakati di dalamnya ada bau-bau barokahnya), atau karena mengharap berkah wali panutan yang melafadzkannya. “Serta, husnudzon kepada mereka andaikan sah nisbat lafadz-lafadz itu kepada mereka, karena banyak sekali yang menyisipkan secara dusta lafadz-lafadz itu di kitab-kitab mereka,” ungkapnya.

 

Lantas, apakah bahasa Mama Gufron adalah bahasa Suryani yang dipakai para wali? Lora Ismail menyebutkan, bahasa Mama Gufron tidak mirip dengan bahasa Suryani dalam kitab manapun. Menurutnya, bahasa yang digunakan Mama Gufron lebih mirip bahasa Arab atau paling tidak bahasa Suryani ‘naturalisasi’.

 

Lora Ismail pun mencoba menguraikan satu persatu makna lafadz yang sering diucapkan oleh Mama Gufron, sebagaimana berikut:

 
  1. Inna إن : bermakna sesungguhnya (kecuali jika ada makna lain dalam bahasa Suryani)
  2. Maqoli مقلي : kata ini seringkali disalahpahami, banyak yang mengatakan diambil dari kata مقالي atau ‘ucapanku’. Tapi dalam pengucapan Mama Gufron tidak ada alifnya, maka lebih tepatnya مقلي yang setelah ditelusuri ternyata dalam bahasa Arab bermakna “Gorengan” sebuah Kalimat Aam yang dibawahnya mengandung banyak Afrod seperti: Ote-Ote, Bakwan, Tahu Isi, Pisang Goreng, Guddhu, dan lainnya.
  3. Fii Ma’Allah في مع الله : di dalam bersama Allah
  4. Rahmatan رحمة : sebuah Rahmat/kenikmatan dari Allah
  5. Makkah-Madinah مكة-مدينة : sudah jelas maknanya
  6. Laa Siidi لا سيدي : tidaklah Tuanku
  7. Indonesia إندونيسيا : ya Indonesia negara kita ini
  8. Keprok Atuh كفروك أتوه : bahasa Suryani dengan kearifan lokal, mungkin bisa juga diambil (musytaq) dari bahasa Jawa kepruk’i
 

Dari pemaknaan per lafadz di atas, maka arti dari kalimat “Inna Maqoli Indonesia Rahmatan Makkah Madinah Fi Ma’allah” ialah sebagai berikut:

 

"Sesungguhnya Gorengan khas Indonesia seperti Bakwan, Tahu Isi, Tempe Mendoan, Ote-Ote, dll itu adalah sebuah Rahmat atau kenikmatan jika dimakan di Makkah-Madinah sembari mentasyakurri nikmat dari Allah (Fi Ma’allah)."

 

“Namun sekali lagi ini hanya upaya pemahaman dari saya yang ilmunya terbatas ini. Untuk makna asli yang sesungguhnya tentu beliau Mama Gufron yang lebih tau artinya,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru