• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Metropolis

Lora Ismail Al Kholilie Harap Santri Berani Isi Panggung Dakwah

Lora Ismail Al Kholilie Harap Santri Berani Isi Panggung Dakwah
Lora Ismail Al Kholili. (Foto: NOJ/istimewa)
Lora Ismail Al Kholili. (Foto: NOJ/istimewa)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Pendakwah milenial Nahdlatul Ulama (NU) asal Madura, Lora Ismail Al Kholilie mengatakan para santri untuk tidak menjadikan tawadhu sebagai alasan dirinya agar tidak mengisi pangung-panggung dakwah. Jika para santri tidak mengisi pangung dakwah, maka akan diisi oleh orang di luar NU.

  

“Jadi bagi saya sangat penting untuk kita punya komitmen atau prinsip bagaimana sebagai pemuda NU harus punya peran,” katanya saat mengisi kajian di acara pelantikan Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Sidoarjo, Sabtu (24/06/2023) di Pendopo Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat.

  

Dikatakan sudah saatnya generasi muda NU terjun di dunia maya seperti Youtube, Instagram dan Tiktok. Karena diakui atau tidak yang banyak mewarnai dakwah di media sosial adalah orang-orang di luar NU. Namun jika generasi muda NU ingin tampil harus punya dua hal, pertama harus mempunyai niat yang benar. Karena sosial media identik menampilkan kebaikan-kebaikan yang sebagian orang tidak mau karena takut riya’, pamer dan sebagainya.

  

“Justru itu wajib dan harus. Kata Syaikh Wahab Asy-Sya'rani  menampilkan kebaikan kita itu boleh dan dianjurkan dengan dua syarat, pertama sudah merasa aman dari sombong, kedua niat bukan untuk pamer. Tetapi niat untuk memotivasi orang lain agar mereka tertarik melakukan kebaikan,” ungkapnya.

  

Selanjutnya yang kedua adalah harus memiliki ilmu, karena niat saja tidak cukup. Lora Ismail Kholilie mengamati saat ini banyak konten-konten khususnya mengatasnamakan NU tetapi bukan mengharumkan NU malah mempermalukan. Ia telah mengkritik akun-akun yang mengatasnamakan santri, pesantren, NU tetapi yang diunggah hal yang tidak layak dikonsumsi oleh publik.

  

“Orang yang seperti ini tidak punya ilmu dan niatnya salah, yang penting viral dengan menghalalkan segala cara. Akhirnya tidak mempertahankan prinsip malunya untuk membuat konten viral,” terangnya.

  

Fenomena tersebut merupakan Pekerjaan Rumah (PR) generasi muda NU. Dijelaskan viral bukan tujuan utama dalam berdakwah. Karena tidak semua yang viral itu terpuji atau positif.

  

“Kita harus punya kemauan untuk mencoba. Maka tidak cukup hanya teori tapi tidak mencoba. Usaha mempunyai peran yang sangat penting,” tandasnya.


Metropolis Terbaru