Surabaya, NU Online Jatim
Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama (IPPNU) melaksanakan kegiatan Kongres XIX di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur. Kegiatan ini diramaikan dengan seminar pelajar dengan tema Pelajar dan Green Digital Economy.
"Pelajar harus proaktif untuk menjadi agen perubahan dan sosialisasi di masyarakat. Karena konsep ekonomi hijau ini baru dan banyak yang belum tau," ujar Prahoro Nurtjahyo Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian ESDM.
Ratusan peserta kongres dari seluruh wilayah Indonedia dijelaskan konsep digital green economy, digitized green economy atau Ekonomi Hijau Digital (EHD).
"Ekonomi hijau (inklusif) sebagai ekonomi rendah/netral karbon atau emisi nol atau rendah limbah, efisien sumber daya, dan inklusif. Untuk mewujudkan hal tersebut sangat perlu melibatkan seluruh lapisan sosial ekonomi masyarakat, baik di perkotaan maupun perdesaan," terangnya.
Sandiaga Salahudin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menegaskan, hal yang bisa dilakukan IPPNU selaku generasi muda untuk green economy digital adalah pengelolaan sampah, penggunaan air, dan perkembangan teknologi.
"Mengapa EHD membutuhkan teknologi digital? Yaitu untuk mencapai tujuan ekonomi rendah karbon atau rendah limbah, dibutuhkan alat-alat ukur, pantau, dan kontrol tingkat emisi/polusi udara dari areal emisi secara otomatis, real time, dan saling terkoneksi, termasuk dengan pusat-pusat data, setidaknya dari tingkat industri hingga kota-kota," ujarnya.
Karenanya, EHD sangat membutuhkan peran anak muda, Sandi berharap IPPNU dapat turut serta berkomitmen untuk bersama-sama belajar dan menjadi agen ekonomi hijau digital yang dapat menjadi pionir di masyarakat.
Pemateri lain yang hadir dalam sesi ini antara lain Dimas Aditya Nugraha Koordinator Audio Visual dan Media Sosial Kementerian Komunikasi dan Informatika, Yosi Mokalu Ketua Umum Siberkreasi, Kartika Dewi Head of Corporate Communication Pluang, Nurul Hidayatul Ummah Ketum PP IPPNU.
