• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Metropolis

Seni Mendidik Anak di Masa Pandemi Menurut Tokoh Perempuan

Seni Mendidik Anak di Masa Pandemi Menurut Tokoh Perempuan
Ilustrasi mendidik anak di masa pandemi. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi mendidik anak di masa pandemi. (Foto: Istimewa).

Surabaya, NU Online Jatim 

Sebagian masyarakat Indonesia masih menerapkan pola pikir satu arah dalam mendidik anak, yakni segalanya terpusat pada orang tua. Pola pikir demikian juga masih diterapkan oleh sejumlah guru ketika anak-anak harus belajar daring karena dalam pandemi.

 

Menanggapi hal ini, praktisi Pendidikan Keluarga Najeela Shihab mengungkapkan, bahwa paradigma pembelajaran tidak hanya terbatas pada daring atau luring. Tetapi tentang kemampuan anak untuk belajar mandiri, mengatur, dan terlibat aktif dalam proses belajarnya.

 

“Hendaknya orang tua dapat membedakan tujuan belajar anak, yakni dengan memberikan aktivitas pembelajaran yang lebih sinkron, interaktif, serta penjelasan di bagian mana hal yang bisa dikerjakan sendiri oleh anak saat diberi tugas,” ujarnya, Selasa (27/07/2021) dilansir dari NU Online.

 

Putri pertama KH M Quraish Shihab ini menambahkan, saat anak mendapatkan banyak materi pembelajaran, orang tua harus lebih teliti agar dapat mengatur strategi belajar anak.

 

“Orang tua harus melihat terlebih dahulu materinya, tujuan pembelajarannya, serta membedakan strategi belajar, learning, yang paling tepat prosesnya seperti apa dan sebagainya,” terang Ela, sapaan akrabnya.

 

Ela mengatakan, proses tersebut bisa membantu pembelajaran anak-anak lebih santai, serta dapat meringankan beban guru, orang tua, maupun anak. “Proses tersebut dapat membantu anak-anak lebih tenang saat belajar dan tidak ada beban lebih untuk guru, orang tua atau muridnya,” ujarnya.

 

Lain hal dengan yang disampaikan Farha Ciciek, seorang aktivis perempuan asal Ambon. Perempuan kelahiran Surakarta, Jawa Tengah 44 tahun yang lalu itu mengatakan, masa pandemi merupakan momentum untuk merefleksikan ulang dan bergerak bersama keluarga. Hal itu dapat dilakukan dengan beberapa hal.

 

Pertama, menjadikan keluarga, komunitas, atau kampung sebagai tempat pulang dan berlindung. Kedua, keragaman keluarga niscaya dalam kenyataan sosial, bukan hanya terdiri dari keluarga inti, yakni ibu, ayah, dan anak. Ketiga, pengasuhan seharusnya bukan urusan perempuan, ibu, privat, domestik saja, tapi ada dimensi sosial politik.

 

“Seorang ibu di masa pandemi memiliki tanggung jawab ganda, maka dari itu pengasuhan anak harus menjadi tanggung jawab bersama,” tuturnya.

 

 

Senada hal itu, Margianta Surahman menyebutkan, bahwa pelibatan seluruh anggota keluarga dan pendidikan alternatif bagi anak di masa pandemi penting. Sebab, anak bukan hanya tugas individu.

 

“Anak bukan hanya hak individu saja, tapi juga keluarga dan komunitas. Sehingga perlu saling jaga, utamanya di masa pandemi ini,” katanya.


Metropolis Terbaru