• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Metropolis

Wakil Ketua Aswaja NU Center Sidoarjo Ulas Makna Kembali Fitrah

Wakil Ketua Aswaja NU Center Sidoarjo Ulas Makna Kembali Fitrah
Wakil Ketua Aswaja NU Center Sidoarjo, Nyai Farida Ulvi Na’imah. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Wakil Ketua Aswaja NU Center Sidoarjo, Nyai Farida Ulvi Na’imah. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim
Wakil Ketua Aswaja NU Center Sidoarjo, Nyai Farida Ulvi Na’imah menjelaskan terkait makna kembali ke fitrah saat perayaan Hari Raya Idul Fitri. Menurutya, kembali ke fitrah di antaranya ialah meyakini sepenuhnya bahwa Allah adalah Maha Penolong dan tidak pernah merendahkan perempuan.


“Allah justru mengajarkan konsep egaliter pada manusia, baik laki-laki maupun perempuan terbaik adalah yang paling bertakwa di hadapan-Nya,” katanya saat dihubungi NU Online Jatim, Ahad (01/05/2022) malam. 


Ia menegaskan, bahwa baik perempuan lajang, janda, belum berketurunan maupun seorang ibu seluruhnya mengemban amanah sebagai hamba Allah. Ridha akan ketentuan Allah merupakan bentuk ketaatan terbesar kepada-Nya.


“Yang menjadi patokan adalah akhir yang sempurna, bukan permulaan yang penuh kekurangan,” terang dosen Institut Pesantren KH Abdul Chalim (Ikhac) Pacet, Mojokerto itu.


Menurutnya, perempuan dengan beragam pengalamannya akan membawa kisahnya sendiri pada Hari Raya Idul Fitri. Perempuan pekerja akan berharap kontraknya terus diperpanjang oleh perusahaan, dan di sisi lain banyak perempuan lain tengah santai rebahan sambil belanja online.


“Misal ada perempuan yang tidak lagi memiliki pasangan, di mana ia harus berjuang mempertahankan kelangsungan kehidupan keluarganya di masa-masa mendatang. Di sisi lain ada banyak perempuan yang masih memiliki penopang ekonomi utama, sehingga ia tidak perlu bermandi keringat dalam membesarkan putra-putrinya,” ujarnya


Ia juga menyebutkan, bagi orang seorang Muslim hari raya merupakan pertaruhan harga diri untuk berani memaafkan orang lain yang sebelumnya mempunyai salah. Disebutkan, dalam sebuah pertengkaran, yang paling baik adalah yang meminta maaf, bukan yang paling banyak menyalahkan.


“Karenanya, orang yang paling banyak mendapat maaf dari Allah, adalah orang yang banyak memaafkan kesalahan orang lain kepada dirinya,” ungkapnya.


Perempuan menamatkan studi doktoralnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya itu lantas mengajak untuk menjadikan Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai teladan. Sebab, menantu Rasulullah itu merupakan contoh sosok dengan keluasan hati dan sangat mudah memaafkan orang lain yang secara sengaja melukai hatinya.


“Dalam sebuah maqalah, sahabat Ali itu mengatakan; seandainya seseorang mencaci maki diriku di telingaku ini dan dia meminta maaf di telingaku yang lain, maka pasti aku terima alasannya,” jelasnya.


Metropolis Terbaru