• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Keislaman

Ketentuan Zakat Fitrah bagi Perantau

Ketentuan Zakat Fitrah bagi Perantau
Perantau hendaknya memperhatikan ketentuan saat menunaikan zakat fitrah. (Foto: NOJ/IZi)
Perantau hendaknya memperhatikan ketentuan saat menunaikan zakat fitrah. (Foto: NOJ/IZi)

Zakat fitrah merupakan kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimat. Ketentuannya sudah dijelaskan dalam artikel di media ini. Yang menjadi masalah adalah kalau yang bersangkutan adalah berstatus sebagai perantau. Apakah zakat fitrah ditunaikan di tempat tinggal, atau saat berada di kampung halaman kala mudik? Berikut penjelasan rincinya.


Yang khas dari warga di Tanah Air antara lain adalah menguji keberuntungan di kawasan yang jauh. Mereka rela menjadi perantau dengan harapan dapat mengubah nasib menjadi lebih baik. Dan saat hari raya, adalah kesempatan untuk mudik atau kembali ke tanah kelahiran. Namun, tak jarang pula, terdapat sebagian orang yang dikejar oleh target dan lemburan di tempat kerjanya, sehingga mereka harus merelakan untuk merayakan hari raya Idul Fitri di tempat di mana mereka bekerja. Melihat realitas demikian, terdapat salah satu kewajiban yang perlu diperhatikan, yakni tentang pembayaran zakat fitrah.


Sebenarnya di manakah tempat pembayaran zakat fitrah yang dianjurkan oleh syara’ bagi orang-orang yang masih berada di tempat perantauan? Apakah sebaiknya mereka membayar zakat fitrah di tanah rantau atau lebih baik di kampung halamannya?


Para ulama Syafi’iyah memberikan ketentuan tentang tempat pendistribusian zakat fitrah dengan mengacu pada tempat di mana seseorang berada pada saat terbenamnya matahari di hari akhir bulan Ramadhan atau malam hari raya Id. Maka bagi orang yang masih berada di tanah rantau pada saat malam hari raya Id, wajib baginya untuk membayar zakat fitrah di tanah rantaunya.


Ketentuan ini salah satunya dijelaskan dalam kitab Ghayah Talkhish al-Murad


 ـ (مسألة): تجب زكاة الفطر في الموضع الذي كان الشخص فيه عند الغروب، فيصرفها لمن كان هناك من المستحقين، وإلا نقلها إلى أقرب موضع إلى ذلك المكان


Artinya: Zakat fitrah wajib (ditunaikan) di tempat di mana seseorang berada pada saat matahari (di hari akhir Ramadhan) tenggelam. Maka ia memberikan zakat fitrah pada orang yang berhak menerima zakat yang berada di tempat tersebut, jika tidak ditemukan, maka ia berikan di tempat terdekat dari tempatnya. (Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Husein Ba’lawi, Ghayah Talkhish al-Murad, halaman: 43).


Berdasarkan referensi di atas, menunaikan zakat fitrah yang benar adalah di tempat di mana seseorang berada. Ketika seseorang masih berada di tanah rantau pada saat malam hari raya, maka ia harus menunaikan zakat pada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) yang ada di tempat tersebut. Jika ia berada di kampung halamannya, maka zakat fitrahnya diberikan pada orang-orang yang berhak menerima zakat di kampung halamannya.


Sedangkan ketika ketentuan demikian tidak dilaksanakan, misalnya orang yang berada di perantauan pada saat malam hari raya, mewakilkan kepada keluarganya di kampung halaman agar membayarkan zakat fitrah atas dirinya dan dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat di kampung halamannya, maka dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat di antara ulama tentang masalah naql az-zakat (memindahkan pengalokasian harta zakat).


Hal ini seperti dijelaskan dalam kitab Al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab sebagai berikut:


قال أصحابنا إذا كان في وقت وجوب زكاة الفطر في بلد وماله فيه وجب صرفها فيه فإن نقلها عنه كان كنقل باقي الزكوات ففيه الخلاف والتفصيل السابق


Artinya: Para Ashab (ulama Syafi’iyah) berkata: Ketika seseorang pada saat wajibnya zakat fitrah berada di suatu daerah, dan hartanya juga berada di daerah tersebut, maka wajib untuk menunaikan zakat di daerah tersebut. Jika ia memindahkan pembagian zakatnya (ke tempat yang lain) maka hukumnya seperti halnya hukum memindahkan pembagian zakat yang terdapat perbedaan di antara ulama dan terdapat perincian yang telah dijelaskan. (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab, juz 6, halaman: 225)  


Sedangkan perbedaan pendapat dalam menyikapi naql az-zakat dalam mazhab Syafi’i, yakni menurut pendapat yang unggul (rajih), memindah pengalokasian harta zakat adalah hal yang tidak diperbolehkan, sedangkan menurut sekelompok ulama yang lain, seperti Ibnu ‘Ujail dan Ibnu Shalah memperbolehkan naql az-zakat. (Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Husein Ba’lawi, Bughyah al-Mustarsyidin, halaman: 217).

  

Maka dapat disimpulkan bahwa wajib bagi orang yang berada di perantauan agar menunaikan zakat fitrah di tempat di mana ia berada pada saat malam hari raya. Kebiasaan menunaikan zakat fitrah di kampung halaman bagi orang yang masih berada di perantauan tidak bisa dibenarkan, kecuali menurut sebagian ulama yang memperbolehkan naql az-zakat. Wallahu a’lam.


Keislaman Terbaru