• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Nusiana

Pengalaman Sowan ke Kiai Sobung

Pengalaman Sowan ke Kiai Sobung
Saatnya belajar bahasa Madura agar tidak menyiksa diri. (Foto: NOJ/RLs)
Saatnya belajar bahasa Madura agar tidak menyiksa diri. (Foto: NOJ/RLs)

Meski lahir dan dibesarkan di Jawa Timur, tidak semua berkenan untuk belajar bahasa daerah. Yang Jawa, mempeng dengan kemampuan tersebut, tanpa mau sedikit meluangkan waktu untuk mengetahui bahasa suku lain, termasuk Madura. Menjadi merepotkan diri sendiri saat bertemu dengan mereka yang juga tidak paham bahasa daerah lain.

 

Pengalaman berikut dapat dijadikan sebagai pelajaran. Bahwa belajar bahasa daerah sangatlah penting agar memudahkan diri sendiri dan juga kian menambah wawasan.

 

Cerita dituturkan Muchammad Fuad Nadjib yang suatu ketika sowan ke KH Abdul Halim, Sukolilo, Bangkalan setelah lebaran bersama istri.

 

Setelah mengetuk pintu ndalem tuan rumah, keluarlah putrinya. Ketika itu, dirinya bertanya dengan bahasa Indonesia.

 

"Kiai ada?"

 

Sang putri kiai menjawab: "Abah sobung."

 

Dalam benak Kang Fuad, ‘sobung’ maknanya adalah istirahat. Karena dirinya dan istri sampai di dalem kiai tepas waktu, maka tidak berani bertanya kepada sang putri khawatir kurang sopan.

 

“Satu jam kemudian, saya balik lagi ke ndalem dengan pertanyaan yang sama, dan jawaban yang diterima saya sama seperti saat pertanyaan awal,” kata pria yang juga Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jawa Timur tersebut.

 

Kejadian itu terulang sampai pukul 4 sore yakni usai waktu shalat Ashar.

 

Karena sudah lama dan dirinya tidak tahu apa arti ‘sobung’, akhirnya memberanikan diri masuk pondok dan bertanya ke salah seorang santri.

 

"Mas maaf, sobung itu artinya apa ya?."

 

Santri itu menjawab:

 

"Sobung itu artinya tidak ada, pak."

 

Batin Kang Fuad akhirnya berkata: "Mengapa tidak bilang dari tadi, kalau sobung itu tidak ada. Tahu begitu, dari tadi saya balik ke Sidoarjo pulang. Padahal saya bertanya menggunakan bahasa Indonesia, malah dijawab bahasa Madura,” keluhnya.

 

Besoknya, dirinya mendapat pesan dari Kiai Abdul Halim.

 

"Maaf Mas Fuad, saya kemarin dari Kalimantan. Ini baru pulang, terima kasih parcelnya,” kata pesan tersebut.

 

Kang Fuad kemudian mengatakan:

 

“Hikmah yang bisa dipetik adalah, sengkok tak ngerteh sobung," pungkasnya.

 

Dekremmah opo dekremmek Kang Fuad? He he


Editor:

Nusiana Terbaru