• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Nusiana

Kiai Musleh Adnan atau Gus Ghulam yang Paling Nakal saat di Pondok?

Kiai Musleh Adnan atau Gus Ghulam yang Paling Nakal saat di Pondok?
KH M Musleh Adnan (tengah) dan Gus Zainul Ghulam (kanan). (Foto: NOJ/FB Ghulam Abd)
KH M Musleh Adnan (tengah) dan Gus Zainul Ghulam (kanan). (Foto: NOJ/FB Ghulam Abd)

Bagi alumni pesantren, dipertemukan dalam satu majlis adalah kenikmatan yang demikian bermakna. Karenanya, acara imtihan, haul pengasuh, reuni alumni dan kegiatan pesantren lainnya menjadi sarana untuk dipertemukan kembali sekaligus mengenang kisah saat mondok.


Maklum, tidak sedikit dari para alumni yang menjadi tokoh dan pejabat publik dengan jadwal yang demikian padat. Seperti KH Musleh Adnan yang saat ini tinggal di Pamekasan dan Gus Zainul Ghulam di Kencong, Jember.


Saat menghadiri haul masyayikh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo akhirnya keduanya dapat bertemu. Rasa kangen lantaran sudah lama tidak bersua setelah keluar dari pesantren, akhirnya dapat terobati di acara tersebut.


Dan hal menarik dari pertemuan tersebut, tentu saja guyonan yang mengiringi.


“Sesaat sebelum acara dimulai, saya sowan ke ndalem KH Zuhri Zaini bersama KH M Musleh Adnan,” kata Gus Ghulam di akun Facebooknya, Ahad (20/03/2023).


Dijelaskan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kencong ini bahwa Kiai Musleh Adnan adalah kakak kelas saat nyatri di Nurul Jadid. Bersama santri lain, tinggal di asrama Gang F.


“Saya biasa memanggilnya Cak Musleh,” ungkap dosen di Institut Agama Islam (IAI) Syarifuddin, Wonorejo, Lumajang ini.


Diakui Gus Ghulam bahwa Cak Musleh kala itu sebagai guru dan mengenalkan tata cara tajhizul mayyit atau pemulasaraan jenazah.


“Beliau adalah sosok pribadi yang humble, humoris dan perhatian kepada para juniornya,” pujinya.


Cerita menarik terjadi saat sowan ke kediaman atau ndalem KH Zuhri Zaini. Karena saat itu ada wali santri yang mengeluhkan atas putranya yang nakal. Dan dengan tatapan teduh dan kalimat yang demikian mendalam, Kiai Zuhri memberikan jawaban atas keluh kesah sang wali santri.


“Kakdintoh Kiai Musleh lambèk è Ponduk jugèn mellèr (Ini Kiai Musleh dulu saat di pondok juga nakal, red),” kata Kiai Zuhri sambil menunjuk ke Kiai Musleh Adnan.


Sadar kalau dirinya tersudut, apalagi di hadapan wali santri yang mungkin juga jamaah pengajiannya, Kiai Musleh memberikan jawaban.


“Abdinah tak patè mellèr, gik mellèran Gus Ghulam (Saya tidak terlampau nakal, lebih nakal Gus Ghulam, red),” bela Kiai Musleh.


Jawaban tersebut tentu saja mengejutkan Gus Ghulam. Dirinya merasa demikian nakal dan hal tersebut tentu akan mengurangi reputasinya. Dan agar tidak terlampau disalahkan, apalagi ia juga tokoh penting di Kencong, Gus Ghulam juga tak kurang akal.


“Abdinah adik kelasnya Kiai Musleh, dimèn Kiai Musleh sè ngajèrin abdinah mellèr (Saya adik kelasnya Miai Musleh, dulu Kiai Musleh yang mengajari saya nakal, red),” katanya disambut tawa jamaah yang sedang sowan.


Dan ketika keduanya keluar dari ndalem KH Zuhri Zaini, langsung tertawa bersama sembari mengingat memori lama saat nyatri di PP Nurul Jadid Paiton.


Di ujung statusnya, Gus Ghulam memberikan pesan. “Jika kita mengeluhkan atas kenakalan anak kita, setidaknya kita bisa meresapi pesan Sayyidina Umar bin Khattab,” ungkapnya.

 

Pesan tersebut adalah:

جِئْتَ تَشْكُوْ عُقُوْقَ ابْنِكَ وَقَدْ عَقَقْتَهُ قَبْلَ أَنْ يَعُقَّكَ وَأَسَأْتَ إِلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُسِيْئَ إِلَيْكَ 

 

Artinya: Anda mengadu kepadaku akan kenakalan anakmu, sementara Anda sendiri telah durhaka kepadanya sebelum dia durhaka kepadamu. Anda telah memperlakukannya dengan buruk sebelum ia memperlakukan buruk kepadamu.

 

Sae kakdintoh mak kaeh. 


Nusiana Terbaru