• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 28 Maret 2025

Opini

Ramadhan dan Media Sosial

Ramadhan dan Media Sosial
Ilustrasi media sosial. (Foto: freepik)
Ilustrasi media sosial. (Foto: freepik)

Oleh: Zainal Arifin *)

 

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu, termasuk dalam berinteraksi di dunia digital. Media Sosial di eranya yang serba cepat dan dinamis, umat Islam menghadapi tantangan baru dalam menjaga kesucian ibadah puasa. Informasi yang melimpah, godaan untuk berdebat, serta paparan konten yang kurang bermanfaat bisa menjadi ujian tersendiri bagi orang yang berpuasa.

 

Namun, medsos juga bisa menjadi sarana yang mendukung ibadah, seperti memperdalam ilmu agama, menyebarkan kebaikan, dan mempererat silaturahim. Dengan penggunaan yang bijak, medsos dapat menjadi wasilah untuk menambah keberkahan dalam menjalankan puasa. Oleh karena itu, memahami manfaat dan tantangan medsos selama berpuasa menjadi hal yang penting agar ibadah tetap terjaga dan semakin bermakna.

 

Secara etimologi, kata "puasa" berasal dari bahasa Arab, yaitu shaum (صَوْم) yang berarti menahan diri. Dalam Islam, puasa tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan segala hal yang dapat membatalkan atau mengurangi pahala puasa, seperti amarah, ghibah (menggunjing), dan perkataan sia-sia.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

 

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makanan dan minumannya." (HR. Bukhari No. 1903)

 

Hadits ini menegaskan bahwa hakikat puasa lebih dari sekadar menahan lapar dan haus. Puasa sejati adalah latihan spiritual untuk menahan diri dari segala bentuk keburukan, baik secara lisan, perbuatan, maupun hati. Jika seseorang hanya menahan makan dan minum tetapi tetap melakukan kebohongan, perkataan sia-sia, atau perbuatan dosa, maka nilai puasanya menjadi berkurang.

 

Esensi utama dari ibadah puasa adalah pengendalian diri dalam segala aspek kehidupan. Dalam era digital seperti sekarang, pengendalian diri juga mencakup bagaimana seseorang bersikap di medsos. Menghindari ujaran kebencian, fitnah, atau menyebarkan berita bohong juga menjadi bagian dari menjaga kualitas puasa.

 

Puasa mengajarkan manusia untuk bersabar, memperkuat ketakwaan, dan membentuk pribadi yang lebih baik. Dengan memahami esensi ini, diharapkan puasa tidak hanya menjadi ritual tahunan, tetapi juga menjadi sarana perbaikan diri menuju kehidupan yang lebih berkah dan bermakna.

 

Dampak Positif Medsos saat Puasa
Meskipun sering dianggap sebagai distraksi, medsos juga memiliki berbagai manfaat jika digunakan dengan bijak saat berpuasa. Salah satu manfaatnya adalah sebagai media dakwah dan penyebaran ilmu agama. Banyak ulama, ustadz, dan pendakwah yang memanfaatkan platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok untuk membagikan kajian Islam, tafsir Al-Qur'an, serta hadits-hadits tentang puasa. Bahkan, grup-grup WhatsApp atau Telegram sering kali digunakan untuk berbagi ilmu agama, tanya jawab fikih, serta pengingat waktu sahur dan berbuka. Dengan demikian, medsos bisa menjadi sarana menambah wawasan keislaman selama bulan suci Ramadhan.

 

Selain itu, medsos juga dapat memperkuat silaturahim, terutama di bulan Ramadhan yang menjadi momen untuk mempererat hubungan dengan keluarga, saudara, dan teman-teman. Melalui medsos, seseorang dapat tetap terhubung dengan orang-orang terdekat meskipun terpisah jarak. Mengirimkan pesan, melakukan video call, atau sekadar berbagi ucapan selamat berbuka menjadi cara efektif untuk menjaga hubungan. Hal ini tentu sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan umatnya untuk selalu menjaga dan mempererat silaturahim.

 

Manfaat lain dari medsos saat berpuasa adalah memberikan inspirasi untuk berbuat kebaikan. Di bulan Ramadan, banyak konten inspiratif yang tersebar di berbagai platform, seperti kisah-kisah sedekah, kegiatan sosial, atau aksi kemanusiaan yang dapat memotivasi umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat).

 

Lembaga zakat dan filantropi juga memanfaatkan medsos untuk menggalang dana bagi kaum dhuafa, anak yatim, dan fakir miskin. Dengan begitu, medsos bisa menjadi sarana menebar keberkahan dan mengajak lebih banyak orang untuk berbagi kepada sesama.

 

Tak hanya itu, medsos juga mempermudah akses terhadap informasi keagamaan yang dibutuhkan selama bulan puasa. Jadwal imsakiyah, fatwa ulama, serta tanya jawab seputar fikih dapat ditemukan dengan mudah di berbagai platform. Berbagai aplikasi Islami seperti Aplikasi NU Online Super App juga menyediakan fitur jadwal shalat, arah kiblat, dan bacaan doa yang sangat membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah. Dengan akses informasi yang lebih cepat dan praktis, medsos semakin berperan dalam mendukung ibadah puasa.

 

Dengan semua manfaat tersebut, medsos dapat menjadi alat yang sangat berguna selama bulan Ramadhan jika digunakan dengan bijak. Alih-alih menjadi distraksi, medsos justru bisa menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas ibadah, mempererat silaturahim, serta menebar kebaikan kepada sesama.

 

Tantangan Medsos saat Puasa
Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh berkah, di mana umat Islam berusaha meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun, di era digital ini, medsos menjadi tantangan tersendiri yang bisa mengurangi nilai ibadah puasa. Salah satu tantangan terbesar adalah kecanduan medsos yang membuat seseorang lalai dalam ibadah. Banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam untuk berselancar di dunia maya hingga melewatkan waktu shalat, mengabaikan tadarus Al-Qur’an, atau kurang fokus dalam berzikir. Setelah sahur, misalnya, tidak sedikit yang memilih bermain medsos hingga tertidur dan akhirnya melewatkan waktu shalat Subuh. Padahal, setiap momen di bulan Ramadan seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan amal ibadah.

 

Selain itu, medsos sering kali menjadi tempat penyebaran hoaks dan berita palsu yang dapat menimbulkan fitnah serta permusuhan. Di bulan puasa, umat Islam dituntut untuk menjaga lisan dan tulisan agar tidak menyebarkan kebohongan atau menyinggung perasaan orang lain. Sayangnya, banyak yang tergoda untuk membagikan berita yang belum terverifikasi kebenarannya, terutama terkait isu-isu agama dan politik. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang melarang penyebaran berita bohong, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

 

وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ

 

"Dan jauhilah perkataan dusta." (QS. Al-Hajj: 30)

 

Di medsos juga terdapat banyak konten yang tidak bermanfaat, bahkan mengandung unsur maksiat seperti video vulgar, gosip artis, atau konten prank yang merugikan orang lain. Jika tidak bisa menahan diri, hal ini bisa mengurangi pahala puasa. Dalam Islam, menjaga pandangan (ghaddul bashar) adalah bagian dari ibadah, sebagaimana sabda Rasulullah:

 

إِنَّ النَّظْرَةَ سَهْمٌ مَسْمُومٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ، مَنْ تَرَكَهَا مِنْ خَوْفِ اللَّهِ آتَاهُ اللَّهُ إِيمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِي قَلْبِهِ

 

"Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis. Barang siapa yang menundukkan pandangannya karena Allah, maka Allah akan memberi kenikmatan iman dalam hatinya." (HR. Ahmad)

 

Selain itu, medsos sering kali menjadi ajang perdebatan tanpa manfaat yang berujung pada caci maki dan ghibah. Beberapa orang lebih sibuk mengomentari kehidupan orang lain daripada memperbaiki diri sendiri. Padahal, dalam Islam, ghibah atau menggunjing orang lain diibaratkan seperti memakan daging saudaranya sendiri. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

 

وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

 

"Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)

 

Ramadhan seharusnya menjadi waktu untuk menahan diri, tidak hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari perilaku yang bisa merusak pahala puasa. Menggunakan medsos secara bijak dengan menghindari konten negatif, tidak terlibat dalam perdebatan yang tidak perlu, serta memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan kebaikan adalah langkah yang tepat agar ibadah puasa tetap bernilai dan penuh berkah.

 

Tips Bijak Bermedsos saat Puasa
Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri, termasuk dalam cara kita menggunakan medsos. Agar aktivitas daring tetap membawa manfaat, niatkan penggunaan medsos untuk hal-hal yang baik, seperti menyebarkan ilmu, berbagi motivasi, atau mempererat silaturahim dengan keluarga dan sahabat. Dengan niat yang lurus, medsos bisa menjadi sarana ibadah dan ladang pahala.

 

Namun, perlu diingat bahwa terlalu lama berselancar di dunia maya bisa membuat kita lalai dari ibadah. Oleh karena itu, bijaklah dalam mengatur waktu dengan membatasi penggunaan medsos. Gunakan fitur pengingat waktu atau screen time agar tetap bisa fokus menjalankan ibadah dengan khusyuk.

 

Selain itu, memilih konten yang dikonsumsi juga sangat penting. Hindarilah konten negatif yang dapat mengganggu ketenangan hati dan lebih prioritaskan konten yang bermanfaat, seperti kajian Islami, kisah inspiratif, atau ceramah yang bisa menambah wawasan dan meningkatkan keimanan. Dengan demikian, medsos bisa menjadi sumber ilmu yang menyejukkan hati di bulan yang penuh berkah ini.

 

Terkadang, medsos juga menjadi tempat perdebatan yang tidak perlu. Jika menemukan postingan yang memancing emosi atau perdebatan yang tidak bermanfaat, lebih baik mengabaikannya daripada ikut terbawa suasana yang dapat merusak ketenangan hati. Ramadan adalah waktu untuk menahan diri, termasuk dalam berkomentar atau membalas sesuatu yang bisa memicu perpecahan.

 

Selain menjaga sikap dalam berinteraksi, penting juga untuk berhati-hati dalam memilih kata yang diucapkan atau ditulis. Setiap kalimat yang kita bagikan hendaknya tidak menyakiti perasaan orang lain. Dengan menjaga lisan dan tulisan, kita ikut serta dalam menciptakan suasana medsos yang lebih positif dan damai.

 

Terakhir, manfaatkan medsos untuk berbagi kebaikan. Gunakan platform ini sebagai sarana beramal, misalnya dengan menyebarkan informasi tentang zakat, sedekah, atau kegiatan sosial yang bisa membantu sesama. Dengan cara ini, medsos tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi alat untuk memperbanyak pahala di bulan Ramadan.

 

Penutup
Medsos adalah pedang bermata dua dalam menjalankan ibadah puasa. Jika digunakan dengan bijak, ia bisa menjadi sarana dakwah, silaturahim, dan inspirasi kebaikan. Namun, jika tidak dikendalikan, ia bisa menjadi sumber dosa yang mengurangi pahala puasa.

 

Sebagai umat Islam, kita harus mampu mengendalikan diri dalam bermedsos, sebagaimana kita menahan diri dari makan dan minum. Dengan begitu, puasa kita tidak hanya sah secara fikih, tetapi juga memberikan dampak spiritual yang lebih mendalam.

 

*) Zainal Arifin, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kraksaan, Divisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) Pengurus Pusat Majelis Terapis Nusantara (PP Mantra).


Opini Terbaru