• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Pantura

Batik Jedong di Tuban, Lestarikan Leluhur dan Berdayakan Emak-emak

Batik Jedong di Tuban, Lestarikan Leluhur dan Berdayakan Emak-emak
Sejumlah emak-emak yang juga wali murid mengerjakan batik Jedong. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Sejumlah emak-emak yang juga wali murid mengerjakan batik Jedong. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Tuban, NU Online Jatim
Setiap daerah memiliki kekhasan yang kadang tidak diperoleh di kawasan lain. Salah satunya adalah batik Jedong yang ada di Widang, Tuban. Tak semata batik, dari usaha ini mampu memberdayakan ekonomi emak-emak di kawasan setempat.

 

“Jedong adalah nama tokoh di daerah Widang, bahkan dikenal sebagai pembuka lahan atau babat alas di sini,” kata Hj Khoiriyah kepada NU Online Jatim beberapa waktu berselang.

 

Perempuan yang juga pimpinan di sentra batik di samping rumahnya tersebut menyebutkan bahwa Mbah Jedong adalah ikon selaku tokoh perintis keberadaan wilayah setempat. Dengan demikian, pemberian nama batik dengan tokoh lokal memberikan banyak kegunaan. 

 

“Karena itu nama batik di sini disebut dengan batik Jedong dalam rangka mengenalkan dan mengenang Mbah Jedong,” ungkap perempuan yang juga Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat NU Widang tersebut.

 

Dirinya tidak menampik bahwa di Tuban, ada juga batik tulis dengan nama Gedhog. Karena ingin lebih mengakrabkan tokoh lokal setempat, sehingga batiknya dinamakan dengan Jedong.

 

Dijelaskan alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut bahwa usaha yang digeluti termasuk baru. Belum sampai sepuluh tahun, karenanya tidak banyak yang kenal dengan baik keberadaan batik Jedong. Namun hal tersebut tidak menyurutkan tekadnya untuk terus mengenalkan batik ke sejumlah kalangan.

 

Dikemukakan Khoiriyah, bahwa dirinya harus belajar dari awal saat memutuskan untuk menekuni bisnis ini. Berbekal pelatihan yang difasilitasi pemerintah setempat, akhirnya perlahan namun pasti dapat mengajak peserta pelatihan untuk bertahan. 

 

“Alhamdulillah meski perlahan, namun ikhtiar mengembangkan usaha tetap kami lakukan dengan mengajak ibu-ibu di sekitar sini,” jelasnya.

 

Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum, Widang ini mengemukakan bahwa batik Jedong memiliki keistimewaan. Yaitu pada teknik pewarnaan.

 

“Warna kita lebih cerah dan bersih, kalau batik di Tuban pakai celup kalau kita enggak, kita pakai kuas, jadi berapa pun warna yang diaplikasikan itu bersih,” terangnya.

 

Lebih lanjut dikemukakan bahwa batik Jedong diberi pewarna dengan teknik colek yaitu dengan menggunakan kuas. Dengan demikian prosesnya dipoles sedikit demi sedikit pada kain yang sudah diberi motif terlebih dahulu.

 

Dengan kelebihan tersebut, batik Jedong dapat diterima sejumlah kalangan. Bahkan Pemkab Tuban kerap menjadikan batik ini dalam acara tertentu seperti MTQ tingkat Jawa Timur dan sejenisnya.

Promosi juga dilakukan dengan memanfaatkan aneka media. Seperti pameran, maupun memanfaatkan media sosial dan penjualan dari mulut ke mulut. 

 

“Kami juga kaget, ternyata batik Jedong juga dipesan warga di luar negeri,” ungkap perempuan berkacamata ini. Sedangkan dari kawasan lain juga telah banyak yang memesan, termasuk kawasan luar Jawa, lanjutnya.

 

Karena Prihatin
Seperti disampaikan di awal bahwa usaha bermula dari keprihatinannya melihat sejumlah ibu yang mengantarkan anaknya ke Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD dan MI yang dikelola. Usai mengantar buah hati ke sekolah, emak-emak ini tidak mempunyai kegiatan. Akhirnya dirinya berinisiatif mengajukan kegiatan atas nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan kemudian diadakan pelatihan membatik tersebut.

 

“Awalnya karena saya kasihan melihat para wali murid PAUD dan MI yang cuma ngerumpi,” katanya. 

 

Atas nama PKBM tersebut, diadakan pelatihan dengan melibatkan puluhan peserta selama 15 hari. Tujuannya juga agar mengurangi budaya ngerumpi sambal menunggu anaknya pulang sekolah. Pada saat yang sama juga mereka mempunyai penghasilan.

 

Dengan dibantu emak-emak tersebut, usaha batik Jedong terus berkembang. Dan hingga kini tidak pernah menyimpan barang, namun lebih menerima pesan.

 

Untuk kain dan motif batik bermacam-macam, tergantung dengan pesanan pelanggan. Dengan demikian pemesan dapat leluasa meminta desan dan motif sesuai yang diharapkan. Pernah juga pelanggan meminta dengan dua kali teknik perwarnaan.

 

“Bahannya ada yang katun prima hingga sutra,” jelas Khoiriyah. 

 

Harga yang dipatok juga beragam bergantung kesulitan kala pembuatan. Patokannya antara Rp150.000 hingga jutaan rupiah. 

 

“Ada juga yang pesan setiap potong kainnya harga hampir dua juta rupiah,” ungkap dia.

 

Hingga kini, rumah produksi batik Jedong juga sering dijadikan tempat pelatihan membatik untuk anak sekolah.

 

“Biasanya juga banyak anak sekolah yang belajar membatik di sini,” katanya.

 

Dirinya yang didukung suami berharap perempuan selaku wali murid juga dapat menopang keuangan keluarga. Demikian pula yang tidak kalah penting yakni melestarikan budaya batik agar tetap lestari, tidak hanya diwacanakan dan gagap kalau ada negara lain yang mengklaim.

 

"Sedikit yang bisa kami lakukan, tapi semoga memberikan makna lebih," harapnya.


Editor:

Pantura Terbaru