Pantura

GP Ansor Tuban Dorong Transformasi Digital untuk Ketahanan Pangan Buruh

Jumat, 2 Mei 2025 | 10:00 WIB

GP Ansor Tuban Dorong Transformasi Digital untuk Ketahanan Pangan Buruh

Ketua Bidang Siber, Transformasi Digital & Teknologi Informasi PC GP Ansor Tuban, Mochamad Nur Rofiq. (Foto: NOJ/Dhahrul Mustaqim)

Tuban, NU Online Jatim

Transformasi digital tak lagi milik kota besar atau industri teknologi tinggi. Di Tuban, Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Tuban melihat potensi besar digitalisasi untuk memperkuat peran buruh dalam rantai ketahanan pangan nasional.


Ketua Bidang Siber, Transformasi Digital & Teknologi Informasi PC GP Ansor Tuban, Mochamad Nur Rofiq menilai buruh memiliki posisi strategis dalam ekosistem pangan, mulai dari buruh tani, buruh industri pengolahan, hingga buruh logistik hasil panen.


“Buruh bukan hanya tenaga penggerak roda industri, tapi juga bagian penting dari rantai ketahanan pangan bangsa. Sayangnya, di tengah derasnya arus digitalisasi, mereka justru kerap terpinggirkan karena minim akses dan literasi teknologi,” ungkap Rofiq, Kamis (01/05/2025).


Menurutnya, teknologi seharusnya bisa berpihak pada rakyat kecil, termasuk buruh. Dengan pendekatan yang tepat, digitalisasi bukan sekadar tren, tapi bisa menjadi alat perjuangan baru untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.


“Bayangkan kalau buruh tani bisa tahu harga komoditas secara real-time dan menjual langsung ke konsumen lewat platform digital. Itu bukan hanya meningkatkan pendapatan mereka, tapi juga memangkas permainan tengkulak,” jelasnya.


Ia menyebut, sistem distribusi pangan juga bisa diperkuat melalui aplikasi pelacakan digital oleh para buruh logistik, bahkan koperasi digital bisa dibentuk untuk memperkuat posisi tawar mereka.


“Sebagai kader NU yang punya akar kuat di masyarakat bawah, Ansor harus jadi jembatan antara teknologi dan kebutuhan riil buruh. Kita harus hadir lewat pelatihan digital, pendampingan teknologi, sampai advokasi berbasis data,” tegasnya.


Rofiq berharap, transformasi digital bisa dimaknai sebagai alat perjuangan rakyat. “Saat teknologi berpihak pada buruh, saat itulah ketahanan pangan sejati dibangun dari bawah oleh dan untuk rakyat,” pungkasnya.