• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Pemerintahan

Tujuh Hal yang Dilakukan Kiai Asep demi Cetak Santri Unggul

Tujuh Hal yang Dilakukan Kiai Asep demi Cetak Santri Unggul
KH Asep Saifuddin Chalim (baju putih), Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto. (Foto: NOJ/opopjatim).
KH Asep Saifuddin Chalim (baju putih), Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto. (Foto: NOJ/opopjatim).

Mojokerto, NU Online Jatim

Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto merupakan tipikal pesantren maju di Jawa Timur. Selain di bidang pendidikan, pesantren asuhan KH Asep Saifuddin Chalim juga kuat dalam perekonomian. Sebab, di Pesantren Amanatul Ummah santri tidak hanya diajarkan pendidikan, tapi juga diberi bimbingan tentang wirausaha.

 

Banyak produk hasil tangan kreatif santri yang banyak diminati konsumen. Mulai produk yang dimakan santri, hingga hal lain seperti sabun mandi dan deterjen. Keberadaannya ini, turut menunjang program yang dicanangkan Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa, yakni ‘One Pesantren One Product’ (OPOP).

 

Lantas, seperti apa pengelolaan pesantren yang mengajari santrinya menjadi generasi unggul dan tangguh di masa depan? Kiai Asep, sapaannya menuturkan, bahwa ada tujuh hal yang harus dilakukan santri dalam kesehariannya. Pertama, yaitu  Al-Jiddu wal Madlobah atau bersungguh-sungguh.

 

“Mereka harus bersungguh-sungguh dan ajeg dalam mencari ilmu,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam ‘Kopilaborasi Sambang Pesantren’ yang tayang di Youtube OPOP Jatim TV.

 

Kedua, ialah Dawamatul Wudlu’, yakni senantiasa menjaga atau punya wudlu’. Karena wudlu’ itu adalah cahaya. Sedang ilmu yang disampaikan oleh para guru itu adalah abstrak, bentuknya cahaya.

 

“Dan, ketika cahaya (ilmu) datang diterima oleh murid yang bercahaya karena punya wudlu’, maka akan mudah menyatu,” imbuh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) ini.

 

Sedang yang ketiga adalah Tarkul Ma’asyi atau meninggalkan perbuatan maksiat. Sebab, dosa yang salah satunya ditimbulkan karena maksiat itu akan menjadi beban bagi setiap orang.

 

“Misal ketika kita mempelajari sebuah materi, dan di kanan-kiri kita ada beban. Maka untuk bisa mengerti materi tersebut jadi susah. Apalagi kalau maksiat itu bebannya adalah beban psikologis,” jelasnya.

 

Kemudian yang keempat, hendaknya rutin membaca Al-Qur’an. Para santri harus membaca Al-Qur’an setiap harinya selama 10-15 menit. “Al-Qur’an yang sudah dibaca tersebut diberi tanda, agar bisa dilanjutkan hingga kemudian akhirnya mereka bisa khatam,” urainya.

 

Kelima ialah selalu mengerjakan shalat malam. Dan yang keenam yaitu Taqlilul Ghida’ atau makan tidak sampai kenyang. “Karena kenyang itu dapat menghilangkan kecerdasan,” tutur Kiai Asep.

 

Terakhir, yang ketujuh hendaknya santri tidak membeli makanan di luar pesantren. Karena makanan yang dijual di luar tidak diketahui secara pasti terkait suci atau najisnya, serta hal-hal lainnya tidak terkontrol.

 

“Ketujuh hal ini yang kami terapkan di Pesantren Amanatul Ummah. Cara-cara ini bisa ditiru dan dilakukan di pesantren-pesantren lainnya,” pungkasnya.

 

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur, Mas Purnomo Hadi mengatakan, bahwa penguatan ekonomi pesantren yang dilakukan di Pesantren Amanatul Ummah terbilang cukup baik. Hal ini selaras dengan nawa bakti satya Gubernur Jawa timur yang ketujuh, yakni ‘Jatim Berdaya’.

 

“Salah satunya ialah pemberdayaan pesantren, terutama koperasi pondok pesantren. Baik dari segi produksinya, komunal frandingnya, bahkan termasuk pula OPOP-nya,” jelasnya.

 

Keberadaan kopontren tersebut tentunya berdasarkan klasifikasi yang berbeda. Tercatat 1.506 koperasi pondok pesantren (kopontren) didirikan hingga saat ini. Kopontren tersebut mendapatkan pembinaan, pemberdayaan, pendampingan dan lain sebagainya.

 

“Hingga akhirnya koperasi tersebut dapat bersinergi, demi terciptanya One Pesantren One Product,” pungkas Purnomo.


Pemerintahan Terbaru