• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Pendidikan

Dosen UIN Malang Gelar FGD terkait Moderasi Beragama dan Suprastruktur Kampus

Dosen UIN Malang Gelar FGD terkait Moderasi Beragama dan Suprastruktur Kampus
Focuss Group Discussion (FGD) terkait dengan moderasi beragama dan suprastruktur kampus Radboud University. (Foto: NOJ/humas)
Focuss Group Discussion (FGD) terkait dengan moderasi beragama dan suprastruktur kampus Radboud University. (Foto: NOJ/humas)

Malang, NU Online Jatim

Memasuki hari ke-5 di Belanda, Tim Riset Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang menggelar Focuss Group Discussion (FGD) terkait dengan moderasi beragama dan suprastruktur kampus Radboud University.


Tim Riset Dosen UIN Malang terdiri dari Dr. Mohammad Mahpur, M.Si (Ketua Program Studi S2 Magister Psikologi), Jamilah, MA (Sekretaris Program Studi S3 Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner), Devi Pramitha, M.Pd.I (Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Pendidikan Islam) dan Alitha Natriezia, SE (Humas UIN Malang).


Tim Riset bertemu dengan perwakilan ombusdman dan diversity division di Radboud University, yaitu Nancy Viellevoye sebagai Ombudsperson dan Rona Jualla-van Oudenhoven sebagai Diversity Office, Kamis (06/04/2023).


Nancy dan Jualla adalah salah satu personal yang turut serta dalam menyusun pedoman perilaku (kode etik) atau yang lebih dikenal dengan code of conducts dan implementasi dari kode etik tersebut di Radboud University. 


Untuk mengawal implementasi kode etik tersebut, terdapat 4 orang (ombuds person) di tingkat universitas dan 14 orang (confidential advisors) di tingkat fakultas. Nancy dan Rona adalah salah dari perwakilan dua divisi tersebut pada Radboud University yang bertangung jawab secara langsung terwujudnya lingkungan yang kondusif bagi semua warga kampus baik dari unsur mahasiswa, dosen maupun tenaga kependidikan. 


Menurut Nancy kode etik tersebut mengatur etika berperilaku dan beinteraksi bagi semua warga kampus dengan tujuan memberikan dan menjamin bagi setiap warga untuk merasa aman dan nyaman untuk belajar dan bekerja di kampus dengan basis nilai equality, diversity and inclusion.  


Namun demikian, menurut Nancy dan Jualla adanya kode etik itu dirasa belum cukup untuk mencapai kampus yang aman dan inklusif. “Karenanya social safety sampai detik ini selalu dipromosikan setiap hari baik secara personal maupun melalui institusi seperti berkomunikasi dengan staff, dosen atau dekan masing-masing fakultas," katanya. 


Nancy memaparkan, social safety ini memang baru saja di bentuk, oleh karena itu kita harus bersama-sama mewujudkannya tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan. “Dengan demikian code of conducts tidak hanya berhenti sebagai produk hukum, tetapi juga menjadi framework dalam kehidupan bermasyarakat di Radboud University," terangnya. 


Jamilah selaku Sekretaris Program Studi S3 Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner mengatakan, diskusi dengan dua unsur social safety committe tersebut memberikan contoh suprasruktur yang harus dimiliki oleh kampus untuk mewujudkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kerangka kemanusiaan dan toleransi melalui regulasi yang menggunakan bahasa-bahasa universal. 


Pendidikan Terbaru