Surabaya, NU Online Jatim
Persoalan stunting masih banyak ditemukan di Indonesia. Untuk menanggulangi hal ini, Irawati Ningsih, seorang bidan di Desa Socah Bangkalan menerapkan inovasi pijat tuina. Ia tak lain adalah salah satu peserta pelantikan dan pengambilan sumpah pendidikan profesi bidan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Selasa (21/05/2024).
“Awal mulanya saya tergerak untuk mengangkat persoalan stunting ini menjadi penelitian studi saya, apalagi sejak menjadi bidan di daerah tempat tinggal saya, Socah, Bangkalan, persoalan kurang gizi pada balita itu masih banyak dijumpai. Sehingga tercetuslah pijat tuina ini sebagai salah satu solusi, dan alhamdulillah hasilnya berdampak bagus,” ungkapnya dalam keterangan tertulis diterima NU Online Jatim, Rabu (22/05/2024).
Disebutkan, pijat tuina ialah teknik pijat yang digunakan untuk menangani penurunan nafsu makan pada bayi dan anak. Irawati mengadaptasi teknik ini untuk membantu memperbaiki asupan gizi pada anak-anak melalui stimulasi tubuh. Untuk mengetahui hasilnya ia menerapkan inovasi ini selama enam bulan di Puskesmas tempatnya bekerja.
“Pijat tuina saya lakukan setiap hari dengan metode pengecekan tinggi dan berat badan setiap dua minggu sekali. Pemantauan ini dilakukan selama enam bulan dan hasilnya cukup bagus, bayi dan anak-anak jadi lahap makan dan berat badan naik,” ceritanya dengan semangat.
Melihat keberhasilan tersebut, Irawati mendapat dukungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan. Dukungan itu agar menjadikan pijat tuina sebagai inovasi keberhasilan untuk akhirnya diterapkan di beberapa Puskesmas di Bangkalan.
Perempuan kelahiran 20 Januari 1991 itu menambahkan, dalam penerapannya inovasi pijat tuina ini juga berkolaborasi dengan para perangkat desa serta komunitas ibu-ibu PKK untuk mengumpulkan para balita dan anak-anak.
“Alhamdulillah, yang awalnya saya hanya menjadikan ini sebagai penelitian studi, akhirnya didukung penuh beberapa pihak, bahkan dinas kesehatan juga memfasilitasi posyandu rutin di beberapa Puskesmas di Bangkalan sebagai upaya pencegahan stunting juga,” ucapnya.
Irawati menceritakan, menjadi bidan profesional merupakan cita-citanya sejak dulu. Hal itu juga yang menjadi motivasinya untuk melanjutkan studi Profesi Bidan di Unusa. Ia juga telah membuka praktek sendiri di rumahnya sebagai bentuk dedikasi penuh kepada warga sekitar tempat tinggalnya.
“Saya sudah menjadi bidan sejak tahun 2009, tetapi hanya lulusan D3. Kemudian tuntutan bidan saat ini setidaknya harus S1, dan akhirnya saya terdorong untuk lanjut studi hingga profesi, selain itu juga ingin meng-update ilmu baru,” ucapnya.
“Kedepannya saya ingin fokus menjadi bidan profesional, bekerja di Puskesmas dan tetap membuka praktek sendiri di rumah untuk bantu orang-orang biar tidak perlu jauh-jauh ke Puskesmas,” pungkasnya.