• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Pendidikan

Mahasiswa Unisma Jelaskan Sampah Pakaian yang Merusak Lingkungan

Mahasiswa Unisma Jelaskan Sampah Pakaian yang Merusak Lingkungan
Rodinatul Munawaroh, Mahasiswa FMIPA Unisma. (Foto: NOJ/Times Indonesia)
Rodinatul Munawaroh, Mahasiswa FMIPA Unisma. (Foto: NOJ/Times Indonesia)

Malang, NU Online Jatim

Sampah masih menjadi momok ketika membahas tentang pencemaran lingkungan. Dampaknya yang begitu besar tentu sudah di hafal diluar kepala oleh setiap orang.


Namun yang menjadi sorotan ketika membicarakan pencemaran lingkungan oleh sampah umumnya hanyalah sampah plastik. Sedangkan melupakan fakta bahwa selain sampah plastik masih begitu banyak jenis sampah penyebab pencemaran. Salah satu sampah yang jarang sekali kita sorot adalah sampah pakaian.


Padahal dengan adanya penduduk yang berjumlah ribuan ini sudah pasti akan menghasilkan sampah pakaian yang tak kalah banyaknya. Hal ini di perparah dengan adanya industri fast fashion yang seolah menjadi racun segar bagi masyarakat.


Fast fashion adalah produksi tekstil yang mengutamakan kualitas dan kecepatan produksi. Demi mendapatkan bahan yang lebih murah dan dapat di produksi dengan cepat, industri mode sering mengabaikan bahayanya bahan kimia yang terdapat dalam produk mereka.


Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya sifat manusia yang konsumtif dan juga enggan ketinggalan zaman, nantinya akan menyebabkan tumpukan pakaian model lama yang akan terbuang sia-sia.


Menurut Rodinatul Munawaroh, Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Malang (Unisma) mengatakan, sampah pakaian dapat merusak lingkungan ketika dibiarkan menumpuk di permukaan tanah kemudian terurai dan berakhir melepaskan gas metana. Gas ini dapat menyerap panas hingga 28 kali lebih besar dari pada karbon dioksida. Selain itu juga berpotensi besar sebagai penyebab pencemaran air. 


“Hal ini disebabkan adanya kandungan mikroplastik dalam bentuk serat benang poliester. Kandungan mikroplastik mengancam kehidupan biota perairan,” ujarnya yang dilansir dari TimesIndonesia.co.id.


Persoalan sampah pakaian perlu mendapatkan perhatian khusus, sebab pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang akan terus menerus digunakan dan menghasilkan sampah yang merugikan. Di zaman yang semakin maju, seharusnya pemerintah mampu menjawab persoalan sampah pakaian dengan sesuatu yang solutif.


“Bukan hanya dengan menekankan kesadaran pada masyarakatnya untuk membuang sampah dengan memilah secara tepat, namun pemerintah juga menyediakan fasilitas yang mampu mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dari semua macam sampah,” jelasnya.


Di Belanda, terdapat tempat sampah khusus untuk mendaur ulang sampah tekstil. Kain yang sudah tidak terpakai bisa dimasukkan ke dalam tong sampah untuk kemudian di hancurkan. Hasil daur ulang tersebut berupa potongan-potongan kecil yang bisa dijadikan isian bantal guling, boneka, ataupun dipintal menjadi benang untuk dijadikan kerajinan seperti keset, taplak meja, dan gorden. Jika dibuat sekreatif mungkin, kerajinan tersebut akan menghasilkan profit yang menarik.


Adanya tempat sampah khusus tekstil di Belanda, bisa dijadikan acuan untuk diwujudkan di Indonesia. Pemerintah Indonesia seharusnya bisa menyediakan tempat sampah daur ulang kain tersebut di sudut-sudut perumahan. Dengan adanya tempat sampah daur ulang, masyarakat dapat mendaur ulang sampahnya secara mandiri. Sehingga sampah pakaian tidak akan sampai ke tempat pembuangan akhir.


Di sisi lain, kebiasaan masyarakat Indonesia yang malas memilah sampah juga akan terkurangi seiring dengan adanya kemudahan pendaur-ulangan sampah pakaian. Masyarakat pasti akan tertarik ketika dapat memanfaatkan pakaian bekas menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis sehingga berfikir dua kali untuk membuang sampah pakaiannya bersama sampah rumah tangga lainnya.


Pendidikan Terbaru