Dosen FAI Unisma Ulas Tantangan Utama Pendidik Masa Kini ke Generasi Alpha
Jumat, 8 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Dosen FAI Unisma saat menjadi narasumber dalam forum wacana dakwah di Malaysia. (Foto: NOJ/radarmalang.jawapos.com)
A Habiburrahman
Kontributor
Malang, NU Online Jatim
Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (FAI Unisma) kembali mewujudkan kontribusi global di bidang pendidikan dan dakwah dalam program PPL-KSM Internasional 2025. Kegiatan ini dihadiri sekitar 50 pendidik di bawah naungan Yayasan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) wilayah Penang yang dipusatkan di Aula Pertemuan Madrasah Uthmaniyah ABIM, Pulau Penang, Malaysia, Kamis (07/08/2025).
Dalam rangkaian pengantaran 13 mahasiswa ke Malaysia, salah satu dosen pendamping Unisma, Yoyok Amirudin, M.Pd.I., Ph.D., turut berperan aktif menjadi narasumber dalam forum Wacana Dakwah bertema ‘Memperkuat Generasi Madani: Misi Para Pendidik’.
Yoyok Amirudin dalam paparannya mengangkat tantangan utama yang dihadapi para pendidik masa kini, khususnya dalam membina Generasi Alpha, generasi digital native yang lahir pasca 2010. Ia menyebut generasi ini sebagai Glass Generation, yakni generasi yang sangat transparan secara emosional, adaptif terhadap teknologi, dan memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi, tetapi juga rapuh dalam aspek psikologis.
“Kita sebagai pendidik tidak hanya harus memahami karakter anak didik secara intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual. Generasi ini membutuhkan pendekatan personal yang tidak mengabaikan pentingnya keteladanan adab dan akhlak,” ujarnya yang dilansir dari radarmalang.jawapos.com.
Mengutip sejumlah literatur dan hasil riset mutakhir, ia mengutarakan, generasi ini mengandalkan teknologi sebagai alat komunikasi utama dan memiliki ketergantungan tinggi pada perangkat digital. Karena itu, pendidik perlu memperkuat tiga pendekatan kunci: personalized learning, social-collaborative learning, dan integrasi nilai-nilai spiritual dalam praktik pengajaran.
“Pembiasaan spiritual dalam kehidupan sehari-hari anak didik juga penting, seperti istiqamah dalam muraqabah dan sikap khauf (takut kepada Allah) dalam ucapan dan tindakan. Pendidikan juga tidak berhenti pada pengetahuan, tetapi harus bermuara pada terbentuknya insan yang beradab,” terangnya.
Kegiatan Wacana Dakwah ini dilanjutkan dengan sesi diskusi mendalam. Salah satu pemantik diskusi datang dari Prof Kamarulazizi, dosen senior dari Universiti Sains Malaysia (USM) sekaligus Pengerusi Syurah Wadah ABIM (Ketua Dewan Syura ABIM) Penang Malaysia.
Ia mengemukakan pandangan bahwa tujuan utama pendidikan bukan sekadar membentuk akhlak, tetapi lebih jauh untuk meraih ridha Allah SWT. Akhlak, dalam pandangannya adalah dampak dari proses pendidikan yang benar dan berorientasi pada nilai-nilai ketuhanan.
“Jika ridha Allah menjadi orientasi, maka akhlak akan mengikuti sebagai buah dari keikhlasan dan integritas dalam proses pendidikan,” paparnya.
Dengan berlangsungnya forum ini, FAI Unisma tidak hanya mengirimkan mahasiswa untuk belajar dan mengabdi di luar negeri, tetapi juga membawa serta misi akademik dan dakwah melalui para dosennya. Hal ini memperkuat posisi Unisma sebagai perguruan tinggi Islam yang tidak hanya berpikir lokal, tetapi aktif berkiprah secara global.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mengisi Bulan Kemerdekaan dengan Meneladani Pahlawan
2
Profil Edo dan Kholisatul Hasanah, Nakhoda PKC PMII Jatim 2025–2027
3
Benarkah Safar Adalah Bulan Sial? Ini Penjelasannya
4
Tembus Luar Negeri, Lazawa Darul Hikam Wakaf Kursi Shalat di Masjidil Haram
5
Pimpin Kopri PMII Jatim, Lisa Bertekad Kuatkan Jejaring dan Akselerasi
6
Muslimat NU di Lumajang Bagikan 200 Bendera Merah Putih Gratis ke Pengguna Jalan
Terkini
Lihat Semua